Mulai
lagi sekolah 10 Oktober 2014 sampai akhir tahun, jadi tak dapat lagi sering
turunkan tulisan buat blog. Ini tulisan diakhir masa libur sekolah, tentang
empat gerbang beriman, orang memeluk imannya masing-masing yaitu beriman melalui
gerbang “Terpasang”, “Terangsang”, “Penantang” dan “Bimbang”.
1. Terpasang,
contoh rata-rata kita semua yang beriman atas dasar keturunan, mengikuti apa
yang diimani oleh orang tua kita. Jika kebetulan orang tua kita adalah pemeluk
agama yang taat, insya Allah kita sebagai anak keturunannya akan menjadi
pemeluk agama yang beriman kuat sejak masa kecil sampai akhir hayat. Umumnya
jarang terjadi penyimpangan dari orang yang beriman kelompok ini, berpindah
imannya ke keyakinan yang lain. Tetapi bukan mustahil ada terjadi penyimpangan
yaitu orang tuanya beriman kepada keyakinan “I”, kemudian berpindah ke
keyakinan iman “K” atau sebaliknya. Faktor penyebab berbedanya keimanan orang
tua dengan keimanan anaknya antara lain:
a.
Kurang pembinaan penularan nilai-nilai
keimanan dari orang tua kepada anaknya.
b.
Orang tua sendiri kurang memberikan
keteladanan tentang cara peribadatan. Karena orang tuanya itu hanya sekedar
beriman, tetapi tidak mengamalkan imannya dalam ibadah.
c.
Pengaruh lingkungan dan pergaulan, si
anak bergaul banyak dengan orang yang mempunyai keyakinan keimanan yang lain dari
keyakinan iman dari ortu mereka.
d.
Anak yang bersangkutan mempelajari
keimanan dari keyakinan iman yang lain dari ortunya, kemudian dianya merasakan
bahwa keyakinan keimanan yang dipelajarinya jauh lebih meyakinkan dari yang
selama ini dipahaminya dari ortunya.
Khusus buat keimanan agamaku Islam, adalah merupakan
kewajiban ortu menurunkan nilai-nilai keimanan kepada keturunan mereka dengan
perintah yang tegas dari Allah dalam Al-Qur’an surat 66 (At-Tahrim) ayat 6.
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Untuk itu diyakini oleh penganut
Islam, agar sedini mungkin menanamkan keimanan kepada anak keturunan kita agar
tetap beriman dan beramal shaleh agar terpelihara dari api neraka. Setelah
segala upaya dilakukan, ternyata anak keturunan kita juga beralih iman, itu
bukan lagi urusan kita, serahkan semuanya kepada Allah. Apatah lagi kita,
sedangkan para nabi saja ada anaknya yang berbeda keyakinannya.
2. Terangsang,
kelompok ini, orang beriman karena setelah menyaksikan fenomena alam, ingin
untuk mendapatkan kebenaran iman dari rangsangan dalam jiwa bahwa kehidupan dan
dunia ini tidak ada dengan sendirinya. Contoh nabi Ibrahim yang berusaha untuk
mencari Tuhan seperti terlukis di dalam Al Qur’an bagaimana mulanya nabi
Ibrahim menemukan iman yaitu melalui memperhatikan benda-benda alam seperti
Matahari, Bulan dan Bintang-Bintang. Seperti di abadikan pada surat Al-An’am
ayat 76-78.
Ketika
malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku."
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian
tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Dari rangsangan yang kuat untuk
mendapatkan iman yang benar akhirnya Allah memberi petunjuk kepada nabi Ibrahim
langsung dari Allah seperti didapatkan dalam
surat Al-Baqarah ayat 131.
Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab:
"Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Keimanan manusia sekarang ini,
dengan sebab terangsang dari jiwanya ini banyak ditemukan.
3. Penantang,
orang yang beriman karena justru tadinya sebagai penentang Islam. Orang seperti
ini jika jiwanya berhasil ditundukkan oleh iman yang ditantangnya itu, kualitas
imannya akan demikian tinggi dan bahkan sanggup mempelopori orang lain untuk
beriman. Di zaman mula berkembangnya Islam dikenal tokoh Umar Ibn Khatab. Di
zaman kini banyak ditemukan contoh, seorang yang tadinya tidak beragama malah
melecehkan agama bahwa setelah tantangannya dijawab oleh keimanan yang
ditantangnya dan jawaban itu sangat diyakininya malah dianya akan menjadi paling
terdepan mengajak orang lain beriman. Allah banyak sekali memberikan tantangan
kepada manusia, misalnya ditantang manusia membuat satu ayat saja semisal
al-Qur’an antara lain seperti dikemukakan dalam surat Al-Baqarah ayat 23. (Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.)
4. Bimbang,
jenis ini dapat dikelompokkan dua:
a.
Bimbang karena menilai dari beberapa
ajaran keimanan dari beberapa jenis
jalan keimanan, hingga ia sulit memilih jalan keimanan yang mana yang lebih
benar, untuk diikuti. Sehingga jika yang bersangkutan lama mengambil keputusan
maka pribadi seperti ini malah tidak melaksanakan ritual peribadatan dari
keiamanan yang manapun. Banyak diantaranya yang punya semboyan yang penting
berbuat baik, tidak menyakiti orang.
b.
Bimbang, sudah yakin terhadap suatu
pilihan tetapi berupaya untuk membuktikan pilihannya itu lebih baik dari
pilihan keimanan lainnya, dengan begitu dianya mencari dalil dan bukti-bukti
referensi, belajar kesana kemari, sehingga mencapai kayakinan yang betul-betul
bulat tak tergoyahkan lagi. Mungkin salah satu contoh bimbang yang ekstrim
seperti terwakili dari keinginan nabi musa melihat Tuhan seperti diabadikan
dalam al Qur’an, Al-A’raf surat 7 ayat 143.
Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.
Melalui
gerbang apapun kita beriman, semoga kita teguh dengan iman kita sampai akhir
hayat, dan menjelmakan keimanan itu dalam wujud amal perbuatan yang baik, sebab
iman adalah abstrak dan pembuktiannya melalui amal perbuatan yang baik.
No comments:
Post a Comment