Kata-kata
bijak almarhumah ibuku tentang dampak shalat, sepertinya layak untuk di share
kehadapan para pembaca. “MESKIPUN SAMPAI CEKUNG TUJUH BATU KARENA SUJUD tapi
sesudah shalat MEMBELAKANGI LANGIT tak
nemukan bahagia dunia akhirat walau kerja sampai PATAH TULANG EMPAT KERAT”.
kata bijak almarhumah ibu ku itu merupakan kata kiasan yang dapat diterjemahkan
sebagai berikut:
Begitu taatnya seorang ber ibadah (shalat) sampai bila
sajadah tempat berdiri dan sujud untuk shalat
tersebut dibuat dari batu, lantaran banyak di sujud-ti, lantaran rajinnya
shalat wajib dan shalat sunnah, sehingga itu batu tempat sujud sampai cekung,
hampir bolong karena terkena jidad lantaran terus menerus disebabkan sujud.
Setelah hampir bolong satu “sajadah batu” diganti dan diganti lagi membuat
sajadah baru dari batu lagi, akhirnya tujuh lembaran batu dibuat sajadah itu
cekung semua terkena dahi lantaran sujud. Ini merupakan gambaran begitu
rajinnya orang tersebut shalat menyembah kepada Allah.
Namun hidup orang ini, sesudah menunaikan shalat
membelakangi langit dalam berhubungan dengan sasama manusia, ibadah taat tetapi
dalam hal aturan agama yang lainnya selain shalat tidak dipatuhi itu yang
bundaku maksudkan dengan membelakangi langit yaitu menafikan aturan yang diturunkan
dari langit (maksudnya aturan yang digariskan
oleh Allah). Hubungan dengan orang tua kurang baik, suka membantah, tidak
menurut dan cenderung durhaka. Dalam mencari nafkah tidak mengindahkan koridor
yang ditetapkan Allah. Rezeki yang halal, dan haram semuanya di hantam. Prinsip
cari rezeki dengan 3H (Haram, Halal, Hantam). Tercampur semua rezeki yang
diperolehnya yang halal, yang haram, yang mubah dan yang makruh secara sengaja.
Pergaulan sesama manusia tidak baik, hubungan dengan keluarga, suami isteri
jauh dari tuntunan agama. Dari mulutnya sering meluncur kata-kata yang
menyakitkan perasaan orang, lidahnya tak kering dari bergunjing, matanya tak
terkendali menampak hal yang maksiat, langkah kakinya selalu menuju ke tempat
tak senonoh. Kalau dia diberi amanah untuk mengurus keperluan orang banyak
menggunakan kesempatan menguntungkan diri sendiri atau keluarga dan kelompok.
Karena dianya selalu berfikir, urasan shalat, urusan agama kan terpisah dari
urusan dunia. Urusan agama, urusan shalat kan urusan akhirat, urusan memegang
amanah, mengurus orang banyak kan urusan dunia, dia selalu berfikir urusan
dunia dan akhirat tak bercampur. Semboyan orang ini bahwa “Minyak dengan Air
tak kan bercampur” Dianya lupa bahwa minyak kalau tercampur dengan air, bila
dimasukkan ke tangki kendaraan, tunggu saatnya kendaraan akan mogok dan bahkan
mesinnya akan rusak. Dalam pada itu air kalau sudah tercampur minyak, kalau
juga terlanjur terminum karena demikian haus, maka akan berbahaya buat tubuh si
yang meminum campuran cairan tersebut. Al hasil minyak bila bercampur air maka
manfaatnya kurang bahkan mungkin menimbulkan mudharat.
Demikian inilah profil seorang manusia yang MENINGGALKAN
SHALAT DI SAJADAH, Kelompok ummat yang MENINGGALKAN AGAMA DI MASJID. Shalat semata-mata hanya di sajadah, boleh
jadi dianya khusuk- se khusuk khusuknya. Tetapi selesai shalat diapun merajut
urusan dunia seperti secara singkat sekedarnya terpapar di atas. Padahal ketika
kita berdiri shalat, yang pertama diucapkan adalah kebesaran Allah, dengan
demikian kitapun menafikan segala kepentingan dunia dan segala kekuasaan yang
ada selain Allah, hanyalah kecil belaka. Berjanjilah kita kepada Allah bahwa
hidup dan mati ini, artinya dunia dan akhirat digabung menjadi satu, dirajut
untuk semua sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah. Tidak memisahkan dunia
dan akhirat, tidak memisahkan agama dengan urusan dunia dan kemasyarakatan.
Tujuh ayatpun dibaca wajib setiap rakaat shalat dengan komitment hanya kepada
Allah yang maha pemurah, maha pengasih penyayang dan nanti di hari kemudian
tiada kekuasaan lain selain Dari DIRI NYA, kita meminta petunjuk jalan yang
lurus, tentu yang dimaksud jalan lurus itu menata hidup di dunia. Kalau di
akhirat nanti kita tak dapat berkehendak lagi minta jalan lurus, hanya menerima
apa yang ditentukan Allah, namun di dunia kita minta petunjuk jalan yang lurus
untuk dilalui dalam menata hidup. Bagi masyarakat
awam, untuk mencari rezeki, untuk berhubungan dengan masyarakat, pokoknya mengatur
kehidupan. Bagi pejabat atau orang yang mendapat amanah untuk mengatur
pemerintahan dan masyarakat, bagaimana membuat kebijakan mengatur rakyat yang
dipimpinnya. Akhir shalat kita sebarkan salam ke penduduk dunia ini
dilambangkan dengan ucapan salam ke kanan dan ke kiri. Tentu maknanya, shalat
telah kita tunaikan, selanjutnya kita akan hidup di luar shalat, bermasyarakat.
Dalam bermasyarakat haruslah terkondisi keselamatan. Tidak luka hati orang
karena lisan kita. Tidak rugi orang lain karena ulah kita. Orang lain tidak terdzalimi,
lantaran perbuatan kita. Jika jadi pedagang menjadi pedagang yang jujur, jika
jadi pegawai, pegawai yang disiplin memenuhi kewajiban dan tidak melanggar
janji/sumpah ketika menerima pekerjaaan ataupun jabatan. Manakala menjadi guru,
jadi guru yang patut ditiru. Ketika jadi
pemimpin menjadi pemimpin yang adil, ketika bepolitik-berpolitik dengan tetap
bermoral sebagai seorang yang setiap hari shalat, tidak menghalalkan segala
cara. Jadi, orang politik harus tetap membawa agamanya dalam politik, agama
apapun yang dianutnya, sebab kita yakin bahwa setiap agama musti mengajarkan
ummatnya untuk taat kepada pencipta Alam semesta dan berbuat baik sesama ummat
manusia. Jadi kalau kelak orang-orang politik tersebut diberi amanah mengatur
negara, maka dianya menjadi pengatur negara yang tidak memisahkan agama dalam
membuat kebijakan mengatur negara. Sebab jelas bahwa agama adalah aturan hidup
yang ditentukan oleh yang menciptakan Alam ini. Sedangkan ketatanegaraan,
pengaturan masyarakat adalah aturan yang ditetapkan bersama oleh kelompok masyarakat
dengan anutan bermacam agama itu, untuk mengatur kehidupan bersama. Apa boleh
buat karena kita ini hidup dengan berbagai agama menjadi satu bangsa, maka tak
akan dapat dipergunakan satu aturan agama tertentu untuk mengatur kelompok yang
terdiri dari berbagai agama itu, maka diaturlah dengan aturan yang di sepakati
bersama, namun semua kelompok agama yang bergabung menjadi satu bangsa ini,
akan merangkum hal-hal persamaan dalam agama mereka yaitu pada prinsipnya adalah
KETAATAN KEPADA SANG PENCIPTA dan BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA dalam terminology Islam dikenal HABLUM
MINALLAH dan HAMBLUM MINANNAS. Demi kesejahteraan bersama.
Dengan demikian bekas shalatnya membekas pada diri setiap insan
shalat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu JANGAN tinggalkan
shalat di SAJADAH” , bawa bekas shalat itu dalam posisi apapun anda berada. Jangan
tinggalkan agama di Masjid. Benarlah apa yang dinukilkan Allah dalam ayat
Al-Qur’an. Dalam surat Al-Fath (surat ke 48) ayat 29. “SIIMAAHUM FII WUJUHIHIM
MIN ASYARISSYUJUD” (Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud)
Maksudnya bukan bekas sujud yang menghitam pada jidad,
tetapi bekas shalat itu terbawa, dalam gerak-gerik, dalam tingkah laku, dalam
tutur kata. Pokoknya dalam perilaku dan perbuatan. Semuanya masih nampak bekas-bekas
sujud yang bersangkutan yaitu dengan menepati janji kepada Allah bahwa hidup
dan mati hanya untuk mengabdi kepada Allah dan menepati janji kepada Allah akan
menebarkan keselamatan dan rahmad, kebaikan bagi ummat manusia dan seluruh
alam.
Kalau tidak berlaku demikian lanjut ibuku maka PATAH TULANG
EMPAT KERAT tak kan menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini juga kata
kiasan maksudnya bahwa tulang yang utama manusia adalah empat potong yaitu di
tangan kiri dua potong dari ujung jari sampai siku, dari siku sampai bahu dan
juga di tangan kanan, total empat potong, bahasa ibuku potong=kerat. Jadi biar
bekerja rajin berusaha giat, sampai copot tu tulang empat kerat, kalau tidak
shalat DIIKUTI DENGAN membawa bekas shalat itu di kehidupan di masyarakat maka
tak akan menemukan kebahagiaan, baik di dunia apalagi di akhirat.
Almarhumah Ibuku orang angkatan dulu, banyak kata-kata
hikmah nan bijak dan singkat beliau tuturkan padaku, tapi penuh makna yang
masih tersimpan apik di perbendaharaan kalbuku dan terpatri kuat di dalam bathinku,
selalu terngiang ditelangaku dan terhunjam kuat di ingatanku. Semoga Allah menaungi
beliau di alam kubur dengan Rahmad-Nya dan mengampuni semua dosa serta menerima
amal ibadah beliau. Aamiin. Buat adikku
Iqbal yang sedang sakit semoga Allah mengangkat penyakitmu. Barakallahu fikum.
No comments:
Post a Comment