Setiap
manusia normal dan sudah berakal, pasti telah merencanakan masa depan dirinya. Masa
depan kadang disebut hari esok, yaitu hari-hari sesudah hari ini. Hari esok
tersebut dapat dibagi menjadi hari esok di dunia dan hari esok sesudah dunia
ini kita tinggalkan, yaitu hari esok di akhirat.
Hari
esok di dunia dibedakan atas jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek
mulai keesokan hari, minggu depan, bulan depan tahun depan mungkin sampai lima
tahun kedepan. Sedangkan jangka panjang dipersiapkan untuk kurun waktu puluhan
tahun termasuk persiapan buat anak dan keturunan. Sedangkan hari esok di
akhirat adalah hari yang panjang yang ada permulaan tetapi tidak berujung,
kekal abadi. Permulaannya adalah setelah kita memasuki pintu gerbang yang
namanya “maut”.
Guna
mempersiapkan masa depan jangka pendek dan jangka panjang di dunia itu kitapun
berihktiar dengan berbagai cara untuk mencapai cita-cita yang direncanakan. Semasa
muda menuntut ilmu untuk mempersiapkan bekal dalam membangun kehidupan. Setelah
dewasa berumah tangga, memperoleh anak
keturunan, maka persiapan untuk jangka panjang anakpun dimulai. Anak yang
diproyeksikan meneruskan kehidupan kita, kita didik dengan pendidikan yang
baik, diarahkan agar kelak sukses kalau boleh melebihi kita dalam membangun
hidup ini.
Tidak
kurang diantara kita, berusaha untuk memasukkan anak di sekolah TK favorit agar
kelak diterima di SD berkualitas. Selama duduk di SD banyak diantara Bapak dan
Saudara yang memantau prestasi anak agar nanti mempunyai nilai baik supaya
dapat masuk di SMP favorit. Begitu seterusnya di SMP dipantau prestasi anak
agar punya NIP tinggi supaya diterima di
SMA teladan yang kelak mudah masuk ke perguruan tinggi dengan jurusan yang
diprediksi akan sukses dalam persaingan kehidupan yang sudah semakin ketat.
Untuk itu orang tau tidak sayang mengeluarkan uang, guna membayar les privat
buat anak mereka dalam mata pelajaran
tertentu, agar mempunyai nilai yang baik. Begitu persiapan dan ikhtiar yang
kita lakukan untuk hari esok anak kita, khususnya dalam mempersiapkan masa
depan di dunia.
Guna
mempersiapkan masa depan diri dan anak di dunia itu kitapun bekerja keras agar
mempunyai kemampuan dana yang cukup membiayai rencana persiapan masa depan diri
dan anak keturunan itu.
Memang
agama mendukung aktivitas mempersiapkan masa depan di dunia dan masa depan anak
keturunan itu. Adalah seorang sahabat nabi ketika sedang sakit, dikunjungi oleh
Rasulullah Muhammad s.a.w. yaitu sahabat
Rasulullah bernama SA’AD bin Abi Waqqash.
Dalam
keadaaan sakit, beliau mengatakan kepada Rasulullah bahwa dianya punya anak
perempuan merupakan pewaris tunggal dari hartanya.
Sa’ad bin
Abu Waqqas bermaksud mewasiatkan hartanya untuk dipergunakan bagi kepentingan
agama, dalam Hadist riwayat Bukhari Muslim dengan dialog antara Rasulullah
dengan Sa’ad sebagai berikut:
Wahai Rasulullah, (apakah) aku
(boleh) berwasiat dengan seluruh hartaku? Beliau berkata: ((Tidak)), aku
berkata: (Kalau begitu) setengahnya? Beliau berkata: ((Tidak)), aku
berkata: (Kalau begitu) sepertiganya? Beliau berkata: ((Ya, sepertiganya,
dan sepertiga adalah banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu
dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang lain, dan sesungguhnya
bagaimanapun kamu menginfakkan hartamu, maka itu adalah shadaqah, sampai sesuap
(makanan) yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. Dan boleh jadi Allah
mengangkat (derajat)mu sehingga orang-orang mengambil manfaat darimu, sedangkan
orang-orang yang lain mendapatkan mudharrat dengan (keberadaan)mu))
Hadist diatas memberikan pelajaran buat kita, bahwa menyiapkan harta
dunia untuk anak keturunan kita, untuk masa depan mereka menjalani hidup ini
adalah amat dipentingkan dalam ajaran agama agar, dzuriat keturunan kita tidak
menjadi beban masyarakat.
Jadi tidaklah salah orang tua mengumpulkan harta untuk anak-anak
mereka. Kemudian tentu tidak salah juga bahkan sangat-sangat dianjurkan orang
tua membekali anak-anak mereka dengan ilmu untuk sarana mencari rezeki selama
hidup di dunia. Karena itu tidak salah pula dan banyak dilakukan oleh orang
tua, bila anak-anak mereka terlihat di dalam rapotnya, mata pelajaran tertentu
misalnya matematika kurang baik, memanggil guru les ke rumah, kemudian ketika
mendekati ujian masuk perguruan tinggi mengikuti BIMBEL di mana-mana. Langkah tersebut
adalah suatu langkah terpuji.
Tetapi disadari atau tidak bahwa diantara kita ini banyak tidak adil
mempersiapkan masa depan atau hari esok buat diri kita dan anak keturunan kita.
Kita bertindak berat sebelah, kita banyak berat ke persiapan hari esok, persiapan kedepan untuk dunia, tetapi banyak
diantara kita hanya membuat persiapan kedepan, hari esok untuk akhirat sekedarnya
saja, sambil lalu. Padahal masa depan hari esok di akhirat itu, akan lebih
kekal lebih lama tiada berujung. Kita tidak terlalu risau bila pengetahuan
agama anak kita hanya sekedar tau bahwa dirinya menganut agama, kita tidak
risau bila anak kita tidak ikut shalat berjamaah ke masjid. Kita tidak
mendorong anak-anak kita untuk mengikuti majelis-majelis ilmu agama legal di
masjid-masjid besar.
Kenapa saya katakan legal di masjid-masjid besar, karena insya Allah di
tempat tersebut diajarkan ajaran/dakwah agama yang murni dan standar yang tidak
dikhawatirkan sesat dan menyesatkan. Jangan sampai pula generasi muda kita terjerembab
ke perlakuan menyimpang, misalnya menjadi penganut paham radikal yang ditakuti
dan dikutuk bersama oleh pemerintah dan pemuka agama dewasa ini.
Saya pernah mengimami sholat jenazah di sebuah rumah sakit besar di
Jakarta, lantaran salah seorang famili meninggal dunia. Jenazah akan dibawa ke
daerah dengan pesawat terbang. Setelah dimandikan di rumah sakit akan dishalatkan
oleh sanak famili yang ada di Jakarta. Bagusnya karena famili semua, maka
mereka tidak segan untuk bertanya, setelah saya dengar terjadi diskusi tentang takbir
shalat jenazah, ada sebagian menyebutkan tiga takbir, ada yang menyebut empat
takbir. Yang terlibat diskusi bukan saja remaja tapi ibu-ibu dan bapak-bapak
mereka. Merekapun bertanya bagaimana bacaannya dan lain pertanyaan. Sementara sayapun
melihat sebagian dari Bapak mereka membawa buku kecil dan membalik-balik buku
untuk mencari bacaan yang harus dibaca di shalat jenazah. Ini mengindikasikan
banyak diantara mereka belum terbiasa shalat jenazah. Phenomena ini menunjukkan betapa mendasarnya
pengetahuan agama anak-anak kita dan sebagian kita, hanya tau agama betul-betul
dikulitnya saja. Padahal soal shalat jenazah ini harusnya sudah diajarkan sejak
kecil. Bahkan Rasulullah memotivasi ummatnya; untuk orang menshalatkan jenazah
dengan pahala satu qirat yaitu sebesar gunung Uhud dan bagi si Jenazah dishalatkan
seperti dalam Hadist riwayat Dailami dari Abdullah bin Mas’ud, jika jenazah
dishalatkan sebanyak tiga shaf akan diampuni dosanya. Betapa sedihnya jika kita
sudah jadi jenazah, anak kita bukan sibuk mengajak orang shalat agar kita
diampuni, tetapi hanya sibuk memotret untuk mengabadikan kita dishalatkan ustadz.
Keadaan ini benar terjadi, sebab kediaman saya dekat dengan masjid, sering
melihat si mayit dimasukkan ke masjid untuk dishalatkan, sambil menunggu
selesai shalat wajib. Sementara banyak pengantar yang menunggu, duduk-duduk di luar
masjid menunggu sampai jenazah keluar masjid dibawa ke pekuburan.
Al hasil sebelum shalat jenazah famili kami tersebut, saya memberikan
penjelasan kepada hadirin tentang kafiat (tata cara shalat jenazah), berikut
bacaan pendek-nya yang saya diktekan dan dibaca bersama berkali-kali untuk dilafalkan dalam kursus kilat itu. Biarlah, saya katakan
bacaan panjangnya saya bacakan dan nanti kita baca ketika selesai shalat dalam acara
do’a. Meskipun sebetulnya, shalat itu sendiri adalah do’a untuk si mayit, jadi
selesai shalat jenazah langsung dapat diberangkatkan. Tapi menjadi kelaziman di
negeri ini sepertinya kurang afdhal jika tidak dibacakan do’a lagi setelah
shalat.
Ini sebuah gambaran bahwa pendidikan agama kita dan anak-anak kita
sudah sempat terabaikan, kita lebih banyak mempersiapkan hari esok jangka
pendek yaitu di dunia, padahal Allah
mengingatkan dalam surat Al-Hasyr (59:18)
dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
No comments:
Post a Comment