Monday, 14 April 2025
AYAT DI BACA dalam SHALAT
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.325.06.04-2025
Durasi turunnya Al-Qur'an ke permukaan bumi ini kurang lebih sepanjang 23 tahun. Ada juga beberapa ulama yang menyebutkan 22 tahun, 22 bulan, 2 hari. Al-Qur'an yang tersusun dalam mushaf yang ada sekarang, tidak disusun berdasarkan urutan turunnya surah-surah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Susunan seperti sekarang ini disusun seperti petunjuk Allah melalui malaikat Jibril turun ke bumi mendatangi Nabi Muhammad saw setiap malam di bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an bersamanya. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril As menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah Saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi bertadarus (membaca dan mempelajari) Al-Qur’an bersama Jibril selama bulan Ramadhan. Selama tadarus ini, Jibril memberitahu letak dan urutan setiap ayat. Hadits ini menjadi dalil bagi golongan ulama yang meyakini bahwa urutan ayat dan surat Al-Qur’an adalah tauqifi yaitu berdasarkan tuntunan dari Nabi atas petunjuk Allah melalui malaikat Jibril.
Jibril mengkhatamkan Al-Qur’an setahun sekali bersama Nabi setiap bulan Ramadhan, sedangkan pada tahun dimana Rasulullah meninggal, Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali bersama Jibril. Tersusunlah urutan dalam mushaf seperti sekarang, diawali Al-Fatihah sebagai surat Pertama dan An-Nas sebagai surat terakhir surat ke 114.
Ketika shalat Jahar berjamah di masjid2, imam akan membaca ayat2 setelah Al-Fatihah dengan ayat2 yang dianya hafal (mudah baginya). sejalan dengan petunjuk Allah untuk mendirikan shalat:
“……………. فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ………………….”
“…………, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang,………………” (Al-Muzzammil 20)
Tidak ada kewajiban untuk membaca surat-surat dalam shalat secara berurutan sesuai urutan mushaf Usmani di Al-Qur’an seperti sekarang, meskipun demikian, membaca surat atau ayat yang sesuai urutan di Al-Qur’an dianjurkan.
Di beberapa masjid misalnya; ada imam di shalat Jahar (utamanya isya atau subuh), di rakaat pertama setelah Al-Fatihah, membaca ayat 190 s/d ayat 194 (lima ayat) surat Ali Imran. Pada rakaat ke dua setelah membaca Al-Fatihah imam memilih membaca surat Al-Baqarah ayat 184 s/d 186 (tiga ayat).
Sedangkan surat Ali Imran berdasarkan urutan mushaf Al-Qur’an sekarang adalah surat KETIGA, surat Al-Baqarah di urutan surat KEDUA. Jadi lebih dahalu surat Al-Baqarah. Demikian juga jika kita mengacu kepada surat mana yang lebih dahulu turun ke bumi diterima Rasulullah, surat Al-Baqarah pada urutan ke 87, surat Ali Imran di urutan ke 89. Tetap saja Al-Baqarah lebih dahulu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw dari pada surat Ali Imran.
Sehubungan dengan adanya sebagian pihak yang berpendapat, sebaiknya memilih bacaan ayat Al-Qur’an (utamanya shalat Jahar) diurut di rakaat pertama surat yang lebih dahulu turun, atau surat yang lebih dahulu dimuat dalam mushaf, barulah menyusul di rakaat kedua ayat2 dari surat yang lebih belakangan turun, atau tersusun diurutan belakangan dimuat di dalam mushaf. Misalnya dalam yang dicontohkan di atas, kalau mengacu kepada pendapat di alenia ini maka imam sebaiknya membaca surat Al-Baqarah 184 s/d 186 di rakaat pertama, pada rakaat kedua menyusul surat Ali Imran 190 s/d 194.
Di beberapa daerah dan beberapa masjid, jika imam membaca surat yang lebih belakangan di rakaat pertama, pada rakaat kedua membaca surat yang lebih dahulu, misalnya di balik Ali Imran di rakaat pertama, Al-Baqarah di rakaat kedua, maka sesudah shalat, ada sebagian jamaah yang berbisik-bisik, imamnya membaca ayat terbalik. Jamaah yang bisik2 ini umumnya dianya belum mendapatkan informasi bahwa tidak ada kewajiban untuk membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Namun agaknya untuk menghindarkan fitnah, sebaiknya memilih ayat yang dibaca secara berurutan.
Bagi pihak yang berpendapat sebaiknya ayat2 dibaca sesuai urutan surat berargumentasi:
1. Setidaknya telah mengikuti tata letak surat yang diajarkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dalam tadarus Ramadhan.
2. Baginya merasa bahwa lebih mudah mengingat (menghafal) ayat2 tersebut karena berurutan. Juga mengikuti petunjuk surat Al-Muzzammil 20, dimana “membaca ayat yang mudah bagimu”.
Sedangkan bagi yang berpendapat, boleh saja di baca untuk ayat dalam shalat tidak berurutan, karena tidak ada perintah (dalam hadits), misalnya mewajibkan harus membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Titik berat pendapat ini pada Al-Muzzammil 20 (Bacalah ayat yang mudah).
Demikian sekilas info semoga bermanfaat dan yang penting kita utamanya menghindari fitnah dalam kebersamaan berjamaah. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kita semua, menerima amal ibadah kita.
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 15 Syawal 1446H, 14 April 2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment