Wednesday, 1 October 2025

Berbicara TAK Bermanfaat

Dirangkai: M. Syarif Arbi No: 1.358.01.10-2025 Pada artikel sebelumnya sudah dipublish tentang “Bohong” , “Bergunjing”, “Adu domba”, “Ngomong kasar dan ucapan kotor” serta “Mengolok-olok”. Dengan demikian dari 7 (tujuh) perihal ngomong yang tidak disuka Rasulullah Muhammad ﷺ , masih akan diberbicarakan 1 (satu) topik lagi yaitu: “Sumpah palsu”, إِنْ شَاءَ اللَّهُ akan menyusul. Dikesempatan ini dibicarakan tentang “Berbicara Tak Bermanfaat”. Manusia normal dapat berbicara umumnya pada usia 9 – 12 bulan, kebanyakan anak2, kata pertama mereka ucapkan; "bunda" atau "ayah", “mamah”, “papah”. Terus berlanjut…..; si anak akan mengucapkan kata2 yang kadang belum berupa kalimat utuh, dikampungku anak dalam periode ini disebut “ngoceh”. Di usia 2 tahunan barulah anak2 sanggup merangkai kalimat bermakna, sejalan dengan dirinya memiliki kosakata yang memadai. Memang demikianlah adanya anak manusia, sejak dilahirkan; Allah anugerahi yang pertama; diberikan kemampuan “mendengar”, kedua; kemampuan “melihat” dan ketiga; kemampuan “berpikir”. وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Surat An-Nahl Ayat 78). Setelah menjadi manusia dewasa terdapat beragam “model” gaya orang berbicara dapat dikelompokkan model bicara yang positif dan model bicara yang negatif. Model bicara yang positif: 1. Jujur; Mengatakan yang sebenarnya, tidak berbohong, menyampaikan pendapat apa adanya meski tidak menyenangkan. 2. Sopan; Menggunakan kata-kata yang santun dan menghormati lawan bicara, sering menggunakan kata misalnya: “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih”. 3. Bijaksana; Mampu memilih kata-kata yang tepat sesuai situasi dan kondisi, dalam uacapannya tidak langsung menyalahkan saat ada masalah. 4. Terbuka; Mau mendengarkan dan menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan pendapat sendiri. 5. Empatik; Mampu memahami perasaan orang lain saat berbicara, menggunakan ucapan yang menenangkan ketika terjadi masalah yang rumit, bawaannya menyampaikan dengan kata-kata yang lembut. 6. Percaya diri; Berani mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan tenang dan jelas. Sanggup berbicara di depan umum tanpa ragu-ragu. 7. Konsisten; Satunya kata dengan perbuatan, tidak plin-plan termasuk dalam mengambil keputusan. Bukan “pagi tempe sore kedele”, atau “sen kiri belok kanan”. 8. Berbobot; Apa yang dibicarakan tidak bertele-tele, singkat, padat dan isinya bermanfaat serta aplikatif. Disampaikan dengan hati2, penuh perhitungan. Model berbicara yang negatif: 1. Bohong; Menyampaikan informasi yang tidak benar atau menyesatkan. 2. Kasar; Menggunakan kata-kata yang menyakitkan atau tidak sopan. 3. Sombong; Merendahkan orang lain saat berbicara. 4. Memotong Pembicaraan; Tidak menghargai orang yang sedang berbicara. 5. Tertutup; Tidak mau mendengarkan atau menerima kritik dan saran. 6. Banyak bicara (Cerewet); Berbicara terus-menerus tanpa memberi ruang pada orang lain. Ada yang mengistilahkan “bawel”, atau “merepet” 7. Gosip/Mengadu Domba; Menyebarkan informasi negatif tentang orang lain. 8. Tak bermanfaat; Pembicaraan tidak ada isinya, bertopik hal-hal yang tidak bermanfaat. Terbatas ruang tulis, maka yang diungkap lebih jauh dalam tulisan ini sesuai judulnya yaitu “Bicara Tak Bermanfaat”, karena berbicara tak bermanfaat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1. Membuang Waktu dan Energi; Waktu yang seharusnya digunakan untuk hal berguna malah terbuang untuk omongan kosong. Energi mental dan emosional bisa terkuras tanpa hasil. 2. Menimbulkan Konflik atau Kesalahpahaman; Ucapan yang tidak perlu bisa menyinggung orang lain, memancing emosi, atau menimbulkan salah paham. Bisa memperkeruh suasana, apalagi jika disampaikan tanpa berpikir matang. 3. Mengurangi wibawa dan kepercayaan; Orang yang banyak bicara tanpa isi cenderung dianggap tidak bijak atau tidak bisa dipercaya. 4. Mengganggu Konsentrasi dan Fokus; Terlalu banyak bicara bisa mengalihkan fokus dari tugas utama. Menyebabkan pikiran jadi tidak produktif atau terbiasa melantur. 5. Memperbanyak Kesalahan; Semakin banyak bicara yang tak bermanfaat, semakin besar peluang untuk berbohong, ghibah, atau menyakiti orang lain tanpa sadar. Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda: وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَــــيْرًا أَوْ لِيَـصـــمُــتْ “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari] 6. Menghambat Pertumbuhan Diri; Kebiasaan bicara yang tidak bermanfaat bisa menghambat refleksi diri, mendengarkan, dan belajar dari orang lain. Orang bijak lebih banyak mendengarkan dan merenung sebelum berbicara. Semoga sebagai orang yang beriman dapat memelihara diri, jangan sampai awak menjadi orang yang gemar “Berbicara Tak Bermanfaat” karena setiap kata yang terucap tercatat dengan baik oleh malaikat yang mengawal kita, yang kelak di akhirat akan dipertanggung jawabkan; sebagaimana diingatkan Allah dalam Surat Qaf Ayat 18: مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 8 Rabiul Akhir 1447H. 1 Oktober 2025.