Thursday, 17 July 2025

PENDUSTA apakah PEMBOHONG dan PEMBUAL

No: 1.337.06.07-2025 Disusun: M. Syarif Arbi. Bahasa bangsa kita ini demikian kaya akan kosakata. Contoh “Perkataan tidak benar”, dapat dikemukakan dengan begitu banyak kata yaitu: Pendusta, Pembohong, Pembual, Pengibul, Pendabul dan banyak lagi….. apa lagi dimasukkan penuturan berbagai daerah di negeri kita ini. Kita ambil saja tiga kata: Bualan, Bohong dan Dusta, pengertiannya beda tipis, tapi ada bedanya. Untuk menyerderhanakan pengertian dalam tulisan ini “bohong dan dusta” dianggap saja mirip pengertiannya, kecuali “bualan”. Bualan: Bercerita, sesuatu yang tidak sebenarnya, pihak yang mendengar cerita sudah mengetahui isi cerita tidak benar. Berbual ini kadang digunakan untuk mengisi waktu untuk bersenda gurau. Pelakunya disebut “Pembual”, kegiatannya disebut “berbual”, produknya disebut “bualan”. Didaerah tertentu si Pembual kadang jadi terkenal, banyak yang menyenangi, terutama kalau pas di suasana santai, mengisi waktu, sangat disuka ketika ronda malam di kampung. Namun hati2 berbual; jangan sampai memilih topik berbual adalah dusta, karena ada dusta membuat orang tertawa yang tidak disukai Rasulullah: Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ “Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 3315. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan) Bahwa Rasulullah juga pernah bercanda; dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنِّي لأَمْزَحُ , وَلا أَقُولُ إِلا حَقًّا “Aku juga bercanda namun aku tetap berkata yang benar.” (HR. Thobroni dalam Al Kabir 12: 391. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih dalam Shahih Al Jaami’ no. 2494).” Oleh karena itu gunakanlah topik candaan, namun tetap dalam kebenaran, bukan “dusta”, karena dusta ada unsur menipu, menyatakan sesuatu yang tidak benar dikatakan se-olah2 benar, kadang dipertahankan bahwa dustanya itu benar. Boleh saja membuat candaan namun sekadar layaknya garam yang dibutuhkan untuk membuat rasa enak pada makanan. Terlalu berlebih dalam bercanda jadi tidak enak, seperti kebanyakan menggarami masakan, malah keasinan. لاَ تُكْثِرُ الضَّحَكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحَكِ تُمِيْتُ القَلْبَ “Janganlah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Shahih Al Jami’ no. 7435, dari Abu Hurairah) Bohong: Ucapan atau pernyataan yang tidak sesuai kenyataan. Janji yang tidak ditepati juga termasuk dalam kelompok “Bohong”. Pelakunya disebut “pembohong”, apa yang dilakukannya disebut “kebohongan”. Seorang ingin mendapatkan sesuatu, menjanjikan akan …………. kalau nantinya dia dapatkan, setelah dapat,…. janji itu tidak dipenuhi, ini adalah wujud dari “bohong”. Dilain contoh; seorang pedagang, ketika seorang pembeli menawar barang dagangannya, lantas mengatakan kepada calon pembeli “ini tadi sudah ditawar sekian oleh pembeli lain barusan lewat, saya belum lepas”, padahal belum ada pembeli lain yang nawar seperti yang disebutnya itu. Ini bentuk kebohongan yang sering kita jumpai di pasar. Tak kurang berjibun kebohongan juga terjadi didalam masyarakat…………, pembaca lebih banyak dapat membuat contoh, karena mengalami sendiri mendengar/menerima kebohongan, silahkan ………..buat di dalam hati. Dusta: Ucapan atau pernyataan yang tidak benar dengan maksud menipu. Lebih berkonotasi religius atau moral, sering digunakan dalam konteks agama, etika atau sastra. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang membahas tentang dusta dan berbohong, salah satunya surat An-Nahl ayat 105 yang berbunyi: اِنَّمَا يَفۡتَرِى الۡـكَذِبَ الَّذِيۡنَ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ‌ۚ وَاُولٰۤٮِٕكَ هُمُ الۡكٰذِبُوۡنَ “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.” Selain itu, Rasulullah ﷺ juga menegaskan untuk ummat-nya agar menjauhi dari perilaku berbohong: عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا Dari Abu Wail dari Abdullah ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda: “Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong. Dan hendaklah kalian jujur, sebab jujur menggiring kepada kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga. Dan sungguh, jika seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai orang yang jujur.” Orang yang suka berbohong sudah dipastikan azab yang pedih oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah berfirman, فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (Q.S. Al-Baqarah: 10) Semoga Allah memelihara diri kita masing2 dari berbohong dan berdusta, agar tidak mengundang murka Allah di dunia ini dan di akhirat nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 17 Juli 2025, 21 Muharram 1447H.

No comments:

Post a Comment