Berangkat dari ungkapan “untuk mengenal Rabb, maka kenalilah diri”. Banyak disitir para ustadz, dari kalimat yang bunyinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya maka sungguh dia telah mengenal Rabb-nya (Allah )”.
((من عرف نفسه فقد عرف ربه))
Kalimat tersebut sering
disampaikan oleh para muballigh, Ungkapan
ini terdapat dalam beberapa kitab, di antaranya:
v
Kimiya As
Sa’adah karya Imam Al Ghazali, (hal. 1. Mauqi’ Al Warraq). Namun, beliau
telah menggunakan kalimat “Rasulullah bersabda” terhadap
hadits ini.
v
Selain itu juga terdapat dalam Hilyatul
Auliya’ karya Imam Abu Nu’aim. (4/350.
Mauqi’ Al Warraq) dan ternyata itu adalah ucapan Imam Sahl
bin Abdullah At Tastari, seorang ulama sufi yang dipuji oleh Imam Ibnu Taimiyah
dan Imam Ibnul Qayyim.
v
Juga terdapat dalam Al Futuhat Al
Makkiyah karya Abu Thalib Al Makki. (5/462.
Mauqi’ Al Warraq)
Para Imam Muhaqqiqin (peneliti) mengatakan bahwa ungkapan
ini bukanlah ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
v
Imam As Sakhawi, mengutip dari Abu
Al Muzhaffar As Sam’ani yang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya
ucapan seperti ini yang marfu’ (sampai kepada Rasulullah), dan
diceritakan bahwa ini adalah ucapan Yahya
bin Muadz Ar Razi Radhiallahu ‘Anhu.
v
Sedangkan Imam An Nawawi mengatakan
bahwa ucapan ini tidaklah tsabit (kokoh) dari Rasulullah. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al
Hasanah, Hal. 220. Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah, Hal. 18).
v
Sedangkan Imam Ash Shaghani dengan tegas memasukkannya dalam deretan hadits palsu.
(Imam Ash
Shaghani, Al
Maudhu’at,
hal 2).
v
Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah
menegaskan kepalsuan hadits ini. (Imam Al
‘Ajluni, Kasyf Al Khafa’, 2/262/2532. Mauqi’ Ya’sub)
v
Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan
hadits ini tidak ada asalnya. (As
Silsilah Adh Dhaifah.
Ungkapan ini walau tidak benar disandarkan sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, namun memang memiliki nilai kebaikan. Maka, lebih bagus
dikategorikan ini merupakan ucapan hikmah saja. Sebab mengenal diri sendiri,
lalu mentafakkurinya diakui bisa menjadi sarana untuk semakin berma’rifah
kepada Allah. Sebab diri manusia termasuk salah satu tanda-tanda kekuasaan
Allah, yang mesti ditafakkuri, sebagaimana ciptaan Allah Ta’ala lainnya.
Kita
merasa lebih mudah untuk mengenal orang lain, mengenal apa saja disekeliling
kita, kesemua itu seolah-olah jauh lebih mudah dari pada mengenal diri sendiri.
Untuk
mengenal diri sendiri banyak ayat dalam al Qur’an yang memberikan petunjuk kepada
kita, siapa sebenarnya manusia itu ditinjau dari sifat-sifatnya antara lain:
Pertama,
sifat manusia, bahwa manusia itu suka berkelahi dan berbunuh-bunuhan atau
menumpahkan darah. Seperti tersurat dalam ayat 30 surat Al-Baqarah:
"Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Para
malaikat kemukakan bahwa “membuat
kerusakan dan menumpahkan darah”, tentu mereka katakan begitu bukan atas
dugaan, tetapi tentu sudah mengetahui bahwa memang sebelumnya telah pernah
terjadi, karena para malaikat tidak dapat mengetahui hal yang belum pernah
terjadi, para malaikat hanya mengetahui sesuatu yang sebelumnya telah
diberitahukan Allah.
Adalah
Al-Alusi, pengarang Tafsir Ruhul- Ma’ani mengatakan di dalam kitab Jami’ul
Akhbar dari orang syi’ah Imamiyah, fasal 15 yang dikutip Prof Hamka dalam
tafsir Al-Azhar Jus I halaman 168 – 169 bahwa sebelum Adam nenek moyang kita
diciptakan Allah. Telah pernah diciptakan sebanyak 30 Adam sebelumnya. Jadi
Adam nenek cikal bakal kita ini, adalah Adam yang ke 31. Jarak antara satu Adam
dengan Adam yang lain 1.000. tahun. Tiga puluh Adam 30.000 tahun. Lebih lama
dari tahun masehi sekarang baru tahun 2014. Tahun hijriah baru 1435.
Selanjutnya
diceritakan 50 ribu tahun lamanya bumi ini rusak binasa, kemudian ramai lagi 50
ribu tahun, barulah diciptakan Allah Adam ke 31 asal muasal kita semua.
Juga
Prof. Hamka dalam tafsir Al Azhar menyalinkan riwayat dari Ibu Bawaihi di dalam
kitab At-Tauhid, riwayat dari Imam Ja’far As-Shadiq dalam satu hadis yang
panjang, dia berkata:”Barangkali kamu menyangka bahwa Allah tidak menjadikan manusia
(basyar) selain kami. Bahwa demi Allah dia telah menjadikan 1.000 Adam dan kamulah
yang terakhir dari Adam-Adam itu”. Walhu
alam bishawab.
Rupanya
dapat kita buktikan sampai sekarang, urusan berantem sampai bunuh-bunuhan bukan
saja perilaku orang tua, mulai dari anak sekolah,…., tanpa sebab yang jelas
berkelahi, disebut tawuran. Sampai antar kampung bakar-bakaran rumah, bunuh
bunuhan hanya sebab yang tidak materiil dan prinsip. Eeee anggota dewan yang
terhormat, bukan saja di negeri kita, di negeri yang katanya sudah majupun
mereka mempertontonkan adu mulut yang berlanjut dengan otot. Begitu dunia ini tiap
waktu tiap tahun tak pernah sepi dari kerusuhan dan peperangan. Pernah terjadi
perang dunia kesatu dan kedua.
Para
ustadz juga tak mau ketinggalan, suka sekali sindir menyindir, patah mematahkan
pokok bahasan ustadz yang lainnya, kadang dengan dasar yang rapuh. Kemudian tendensinya
untuk bantahan dilawan dengan bantahan.
Hendaknya haruslah dengan maksud saling nasihat-menasihati dalam
kesabaran dan saling nasihat dalam taqwa. Kasih nasihat dengan tak usah sindir
menyindir, langsung hubungi itu kolega, koreksi yang bersangkutan. Tapi cara ngoreksipun
ada etikanya tentu para ustadz seyogyanya sudah lebih dari faham.
Bagi
kita yang memahami ayat Al Qur’an dan mengambil I’tibar darinya, menjadi sadar
bahwa itu memang sifat manusia, secara kodrati. Tapi bukan berarti kita harus
mentoleransi sifat itu, justru karena kita sudah diberi informasi bahwa kita
ini, diri kita ini punya kegandrungan
merusak, kecendrungan berkelahi sampai bunuh membunuh, hendaklah sifat itu
dicegah untuk dihindari.
Sifat
manusia kedua: Bahwa manusia itu mempunyai sifat penuh ketamakan, Al Baqarah 96
(2:96)
96. Dan sungguh kamu
akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia),
bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dari
ayat ini sekaligus ada TIGA keinginan
manusia yang jelas ditegaskan:
1. Loba/tamak,
menjadi sifat utama manusia ingin memiliki lebih dari orang lain. Hampir-hampir
kalau tidak ada aturan main tentang pembagian, mengenai benda untuk kehidupan.
Manusia akan sekuatnya berusaha agar dirinya mendapatkan lebih dari orang lain.
Sifat yang ada pada diri inilah yang harus dikendalikan. Setiap muncul
keinginan ketamakan itu, hendaklah orang yang berusaha untuk mendekat diri
kepada Allah akan menekan sekuatnya perasaan tamak itu.
2. Lebih
mengutamakan kehidupan dunia. Ini dapat kita ukur diri kita setiap hari.
Misalnya begitu terdengar panggilan shalat, apakah kita masih meneruskan
pekerjaan dunia atau bersegera menuju shalat berjamaah, memenuhi panggilan adzan.
Karena dengan mengetahui sifat ini, maka setiap panggilan adzan tiba, kitapun
ingat bahwa diri ini kalau dibiarkan maka akan lebih mengutamakan kehidupan
dunia dari pada kehidupan akhirat. Padahal kita sadar, bahwa dunia ini
sementara dan akhirat itu kekal.
3. Keinginan
untuk hidup di dunia seribu tahun.
Setiap
orang ingin hidup di dunia ini panjang, walau sebenarnya kalau terlalu panjang,
juga akan repot. Merepotkan orang dan merepotkan diri sendiri. Sejalan dengan
bagaimanapun manusia dengan berlanjutnya usia akan banyak ketidak sanggupan.
Oleh karena itu harus dibantu orang lain. Baik sekali do’a yang diajarkan Nabi (HR
Muslim dari Zaid bin Arqam)
“Allahumma
inni a‘udzubika minal azhi walkasali, wal buhli wal harami”. Minta lindungi
dari perilaku malas, kikir, ketuaan
dan ketidak berdayaan.
Sebab budaya masyarakat modern ini, makin kesini
makin tergerus dari nilai-nilai yang diwariskan nenek moyang dulu dan termasuk;
jujur kita akui, kalau kurang telaten memberikan nilai religius kepada
anak-anak kita, maka mereka terkontaminasi budaya materialis/realistis. Kalau
orang sudah tua merepotkan kalau berada dirumah akan tambah tenaga perawat,
lebih realistis kalau dititipkan di panti JOMPO. Kadang kalau nasib kurang
baik, kita punya anak sudah dididik baik tapi ketemu mantu yang tidak dapat
menerima anaknya berbakti kepada orang tuanya. Apalagi orang tua kadang menjadi
mudah tersinggung, bawel dan serba salah.
Sifat
ke tiga: Bahwa manusia itu sangat lemah (QS 4:28), surat An Nisa ayat 28
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan
manusia dijadikan bersifat lemah.
|
Manusia normal, puncak-puncak kemampuannya adalah umur
40-50. Kalau sudah 50 lebih sedikit saja, sudah mulai nampak kelemahannya.
Kelemahan manusia diujung usia adalah:
·
Kelemahan mengingat
Kadang sudah lupa dengan wajah orang, sudah lupa dimana
menyimpan sesuatu, yang paling sering
ciri orang tua itu, kalau dia bercerita sesuatu topik cerita. Belum berapa
lama diulanginya lagi cerita dengan topik yang sama. Cucu-cucunya lantas
berkomentar ini jilid berapa Kek.
·
Kelemahan tenaga
Semasa di bawah limapuluhan, masih sanggup nyetir sendiri,
masih sanggup mengangkat sesuatu yang cukup berat, masih sanggup berjalan
cepat. Setelah lanjut usia kesanggupan itu berangsur hilang. Ujung-ujungnya tidak
berdaya.
·
Kelemahan menangkal keadaan lingkungan
|
Sudah
tak tahan perubahan cuaca ekstrim, sudah tak tahan kurang istIrahat, sudah ndak
boleh salah makan. Pokoknya gampang sekali terganggu keseimbangan kesehatan
oleh lingkungan.
4. Sifat
ke empat: Bahwa manusia itu tidak adil
Sesungguhnya manusia
itu tidak adil tak tau berterimakasih.
(QS 14:34) surat Ibrahim ayat 34
Kecendrungan
untuk berlaku tidak adil, adalah sifat dominan manusia sejak kecil. Kalaulah
bukan hidayah Allah melalui agama, maka kecendrungan manusia itu berlanjut.
Yang kuat akan menindas yang lemah, yang kaya menindas yang miskin.
Coba
perhatikan anak balita, kebanyakan tabiat aslinya tidak adil, semua miliknya, kalau
punya apa-apa tak berbagi kepada orang lain.
Kalaulah bukan karunia Allah memberikan pendidikan pekerti melalui orang tua mereka,
melalui pendidikan dan lingkungan, maka si anak akan tumbuh dengan sifat aslinya
tidak adil.
5. Sifat
kelima manusia, bahwa manusia itu pembangkang *QS 16:4), surat An-Nahl ayat 4
4. Dia telah
menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.
Pembantah,
atau pembangkang, adalah sifat tidak menuruti apa yang telah ditentukan, suka
melanggar aturan. Banyak manusia yang bertahan dengan sifat ini, contohnya jika
tidak ada yang melihat, tidak ada yang mengawasi, kecendrungan melanggar
aturan, kecendrungan tidak mau melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan.
Contoh orang suka melanggar peraturan lalu lintas, bila tak ada polisi. Pegawai
bekerja santai jika tidak ada atasan. Buruh bermalas-malas kalau tak ada
mandor.
6. Sifat
ke enam, bahwa manusia itu tergesa-gesa (QS17: 11) Al-Isra 11
11. Dan manusia mendoa
untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia
bersifat tergesa-gesa.
Manusia,
tergesa-gesa dibanyak hal. Belajar kalau bisa segera selesai, sukses/keberhasilan
juga inginnya instan, padahal seharusnya butuh proses. Karena banyak yang
kepengen kaya instan, kepengen berhasil instan itulah maka di banyak kasus, orang
menempuh cara-cara yang tidak biasa dan bahkan haram untuk meraih kesuksesan
itu.
7.
Sifat
manusia ke tujuh, bahwa manusia itu suka membantah (QS 18-54) surat Al-Kahfi
ayat 54
54. Dan sesungguhnya
Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Mungkin
kalau diberi pembeda antara pembangkang dan membantah adalah, membangkang yaitu
enggan melaksanakan perintah, sedang membantah suka mempersoalkan, memperdebatan
aturan yang sudah ada dan mencari pembenaran tindakan melanggar ketentuan,
tindakan tidak melaksanakan perintah.
Itulah
ayat yang dipilih oleh rasulullah Muhammad s.a.w. ketika kunjung ke rumah
anaknya Fatimah menanyakan apakah mereka shalat malam. Ali menjawab bahwa
mereka dapat melaksanakan shalat malam tergantung apakah Allah membangunkan
mereka. Nabi langsung berlalu dari rumah anak mantunya itu, dalam keadaan yang
kurang senang dan membaca akhir ayat 54 surat al-Kahfi ini.
8. Sifat
manusia ke delapan, Bahwa manusia itu dzalim
dan bodoh sekali (QS33: 72). Surat Al Ahzab 72
72. Sesungguhnya Kami
telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,
Bahwa,
bagaimanapun seorang manusia tidak akan dapat menguasai semua ilmu yang ada di
dunia ini. Ada yang ahli bidang kesehatan, tapi tidak ahli bidang ekonomi, sosial
dan agama. Sementara itu ada seorang ahli agama, tapi minim pengetahuan di disiplin
ilmu kemasyarakatan, ilmu kesehatan, ilmu politik dan ilmu ekonomi. Begitu juga
lebih spesialis, ada ustadz yang bacaan al-Qur’an-nya bagus, hafalan banyak,
tapi kurang mahir berceramah. Sementara ada ustadz yang memukau kalau berceramah,
tapi giliran diminta menjadi imam suaranya kurang merdu.
Dengan
mengetahui sifat-sifat buruk manusia diberikan informasi oleh Allah, maka
dengan begitu kita menjadi mengerti, sehingga untuk dapat menghindari dan
mengendalikan diri. AGAR TETAP
SENANTIASA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH.
No comments:
Post a Comment