Induk kucing,
dengan langkah pasti menyusuri bendul/ban got sambil menggigit sepotong makanan
di mulutnya. Agaknya makanan itu jeroan ikan yang dibuang suatu rumah yang pagi
itu akan menggulai ikan. Rupanya si Induk ingin membawa oleh-oleh buat anaknya
yang sedang main di taman disisi suatu jalan.
Serta merta
kedua anak kucing menyongsong induknya dan mereka bertemu di atas bendul/ban
got dekat taman. Kedua anak merebut potongan makanan di mulut induknya, tak
sabaran rupanya mereka. Karena kurang hati-hati, ketika induk melonggarkan
gigitannya, si anak-anak belum sempat mantap menyambar potongan makanan itu,
yang terjadi makanan jatuh dan langsung masuk got. Ketiga mahluk ini hanya
saling pandang dan sesekali mengeluarkan lidahnya disilangkan lewat moncongnya,
mungkin mereka sambil menelan ludah.
Tidak ada
ekspresi wajah si induk marah kepada anak-anaknya. Juga tak ada penyesalan nampak
di wajah anak-anak kucing itu. Nampaknya mereka saling pasrah “sudahlah belum rezeki” mungkin begitu
pikir mereka.
Yang menarik
dari peristiwa ini adalah:
1.
Begitu
kasih sayang si induk kepada anaknya, walau mereka juga sudah diberi ASI tetapi
makanan ekstra yang didapat tidak dilahap sendiri oleh si Induk.
2.
Begitu
mereka pasrah dengan keadaan, tidak menyesali, kalau memang bukan rezeki, walau
sudah dalam mulut, kalau bukan rezeki mau bilang apa. Sudahlah, mungkin lain
kali dapat lagi.
3.
Si
induk tak marah kepada anak-anaknya dan sebaliknya kedua anaknyapun tak
menyalahkan induknya. Mungkin di bangsa kucing tidak biasa saling salah
menyalahkan dan juga tidak ada budaya mencari kambing hitam.
Kalau
kita perhatikan peri laku hewan terhadap anak yang masih dalam pengampuannya,
begitu kasih sayang yang antara lain ditunjukkan dengan membawa makanan yang di
dapat, belum lagi perlindungan buat anak mereka bila ada gangguan dari luar.
Seekor induk Ayam akan begitu galak bila sedang mengiringkan anak-anak mereka,
demikian juga Anjing demikian ganas bila sedang mempunyai anak-anak yang masih
diayominya, dia siap tempur, bahkan siap mati untuk membela anak mereka.
Bedanya
dengan manusia, ada aturan nasab setelah sama-sama dewasa nanti. Kita mengenal,
ayah/ibu, nenek/kakek martua, ipar dan biras semuanya tersusun dalam tatanan masyarakat.
Sementara hewan tidak, setelah anak-anak mereka menjadi Kucing dewasa, Anjing
dewasa atau Ayam dewasa, mereka bagaikan tak ada aturan main seperti manusia.
Itulah sebabnya para ustadz sering katakan bahwa manusia diciptakan sebaik-baik
mahluk, lebih mulia dari mahluk lainnya. Tetapi bagi manusia yang tidak
menjalankan perintah Allah dan tak menjauhi larangan Allah, maka akan turun
derajatnya lebih buruk dari hewan. Sebab belum pernah ada kucing jantan kawin
dengan kucing jantan dan kucing betina bercumbu dengan kucing betina. Belum pernah
terdengar ada seekor kucing mati dibunuh kucing lainnya. Tetapi manusia bahkan
ada seorang anak yang tega membunuh ortunya, seeorang ibu membunuh anaknya.
Bagi
orang yang suka merenungkan fenomena alam
ini, dianya tak berhenti sampai disitu, tidak berhenti bahwa semuanya
itu sudah berjalan sesuai kehendak alam, sudah naluri dari hewan-hewan
tersebut. Akan tetapi menyadari bahwa bagaimana si induk kasih sayang kepada
anaknya semuanya itu digerakkan oleh Sang Maha Pencipta alam ini. Kapan
perlindungan itu mulai dihentikan, semuanya itu tentu dengan maksud agar mahluk
hidup ini berkembang biak, berkelanjutan agar terjaga ekosistem jagad raya ini.
Assalammualaikum....wah om punya blog yaaa....sedikit tambahan ttg yg diatas. Setuju, manusia makhluk paling tinggi dg akal pikiran dsb, juga paling lebar gap antara si pintar-bodoh, kaya-miskin,dll...utk itu diperlukan roda pemerintahan dg tujuan mengecilkan kesenjangan yg ada....termasuk di dalamnya mengajarkan nilai2 luhur dan islam menyempurnakannya. Semoga ajaran islam pada "katanya" 1 miliar penduduk bumi ini dpt mengajarkan dan memperbaiki prilaku tsb diatas. Amien.
ReplyDelete