Friday, 7 November 2025

UCAPAN ORTU adalah DO’A

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.369.01.11-2025 Manusia normal sanggup berbicara menggunakan ayunan lidah dan gerakan bibir. Panjang lidah pria rata-rara 8,5 cm dan wanita 7,9 cm. Sepasang bibir manusia "rata-rata" memiliki ukuran 7,8 mm untuk bibir atas di garis tengah dan 12,2 mm untuk bibir bawah. Kalau sudah menjadi ayah dan ibu, meskipun lidah wanita (ibu) lebih pendek dari lidah pria (ayah), tetapi dalam hal berdo’a menurut anggapan umum bahwa do’a dari lidah ibu lebih manjur dari lidah si ayah. Sesungguhnya belum ditemukan dalil yang menyatakan bahwa do’a ibu lebih dikabulkan daripada do’a ayah. Al-Qur'an dan hadits menegaskan bahwa do’a orang tua (baik ayah maupun ibu) untuk anaknya adalah do’a yang sangat mustajab dan memiliki kedudukan istimewa, seperti do’a seorang nabi. Kedua orang tua memiliki hak yang sama dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, perintah untuk berbhakti kepada ayah dan ibu sering disebutkan secara bersamaan (QS. Al-Ahqaf: 15), yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki kedudukan yang sama di mata Allah: “……………………... وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا” Dalam pada itu akan hal berdo’a untuk anak, baik dicermati hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu Majah no. 3862. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Riwayat ini menyebutkan bahwa doa baik orang tua pada anaknya termasuk doa yang mustajab. Anggapan umum selama ini bahwa do’a ibu lebih ampuh dari do’a ayah, lantaran ibu pada umumnya sangat dekat kepada anak-anak ketimbang ayah. Selain itu kedudukan ibu memiliki prioritas lebih, dalam hal penghormatan karena perjuangannya dalam mengandung dan melahirkan. Juga dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ﷺ: Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi: يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ “wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan). Ditulisan singkat ini, meskipun do’a ayah dan do’a ibu sama keampuhannya, tetapi ibu lebih banyak berinteraksi dengan anak2nya ketimbang ayah. Terutama ketika anak2 masih kecil menjelang remaja, sebab ibu umumnya berada dirumah, sedangkan si ayah sibuk diluar rumah mencari nafkah, berangkat pagi sebelum si kecil bangun, pulang setelah di bocah tertidur. Wajar jika ibu-lah yang banyak memberi nasihat, menegur dan melarang sesuatu terhadap anak-anak. Dalam hal teguran, larangan dan ucapan untuk anak2 sesuatu kalimat walau yang tak terasa, tak sengaja kata-kata yang keluar dari mulut ibu merupakan do’a. Oleh karena ibu seorang ibu harus ber hati2 dalam melarang, atau menegur atau marah kepada si anak. Ucapkanlah kata2 yang baik senakal apapun seorang anak, marahilah anak dengan kata yang baik. Bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda: لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ “Jangan kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, atau anak-anak kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah Subhanahu wa ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan doa kalian itu.” (HR. Muslim). Menarik seorang ibu pernah kuketahui, anaknya nakal sekali, istilah kampungku smeriwit, apa saja yang ditemuinya dipegangnya dimainkan kadang jadinya rusak. Suatu hari si anak menemukan sekotak korek api, tanpa sepengetahuan ibunya. Anak itupun pergi keruangan lain, menyalakan korek api hampir habis satu kotak. Ibu itu menegur anaknya: “anak betuah*……… ini bukan mainan nak……….” sambil meraih kotak korek api yang tersisa, lalu mengganti dengan sesuatu untuk dipegang anaknya. * (istilah setempat sangat beruntung). Alhamdulillah setelah anak2 ibu itu dewasa kulihat keadaan cukup “betuah”, do’a ibunya di ijabah Allah. Syekh Sudais yang bernama lengkap Syeikh Abdurrahman bin Abdul Aziz As-Sudais adalah Imam Masjidil Haram , Mekkah, Arab Saudi. Jabatan mulia ini bisa dia raih karena doa sang bunda tatkala beliau masih kecil. Alkisah, Syeikh Sudais kecil tengah asyik bermain tanah. Di saat yang sama, ibunya sibuk menyiapkan hidangan makanan untuk tetamu yang hendak berkunjung. Ketika jamuan telah tersaji, lantaran para tamu belum datang, tiba-tiba tangan mungil Syeikh Sudais kecil dengan segenggam tanah ditaburkannya debu itu ke atas makanan. Sontak, mendapati kelakuan nakal sang anak, ibu pun marah besar. “idzhab ja’alakallahu imaaman lil haramain (pergi kamu, biar kamu jadi Imam di Haramain),” ujar sang ibu dengan nada marah. Dalam keadaan marah besar itupun si ibu mengucapkan kata2 yang intinya menginginkannya anaknya menjadi orang yang bermanfaat bagi umat. (Istilah dikampungku “betuah” tadi, tapi bundanya Sudais lebih spesifik). Konon kesehariannya, sang ibunda Sudais kerap memanggil Syeikh Sudais kecil dengan sebutan “Ya Abdurrahman, ya hafidzal quran, ya imamal masjidil haram.” Rupanya lewat panggilan itulah doa yang kerap diucapkan ibu kepadanya. Paparan di atas, mengajak kita semua sebagai orang tua ayah dan bunda dari anak2 kita, terutama ibunda dalam keadaan sangat marahpun ucapkan kata2 yang baik buat anak2 kita, karena ucapan orang tua adalah merupakan do’a. Semoga Anak2 kita menjadi anak2 yang shaleh dan shalehah, jadi anak yang “BETUAH”, berbhakti kepada kedua ortunya, berguna bagi agama nusa dan bangsa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 17 Jumadil Awal 1447H. 8 November 2025.

No comments:

Post a Comment