Tuesday, 28 October 2025

PENGUNDUR MAUT

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.368.11.10-2025 Meskipun kedatangan maut itu tak selamanya didahului menderita sakit, namun pada umumnya maut datang setelah seseorang menderita sakit. Orang kaya, walau dengan sebagian besar kekayaannya berusaha berobat agar sembuh dari penyakit, untuk mengurungkan kematian. Orang yang sedang berkuasa memerintahkan seluruh aparatnya mencarikan tabib mengobati penyakitnya, agar terhindar dari maut. Orang kaya dan orang berkuasa akan pergi berobat kemana saja, diseluruh antero dunia. Begitulah keadaaannya, setiap orang terutama orang kaya dan orang yang berkuasa akan berusaha untuk mengindari datangnya maut, jika sakit segera berobat. Berbicara soal berobat dari sudut pandang agama (islam) sangat dianjurkan; Dari Abi Ad-Darda' radhiyallahuanhu bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda: عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ فَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءُ فَتَدَاوُوا وَلَا تَتَدَاوُوا بِحَرَامٍ "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan Dia menjadikan buat tiap-tiap penyakit ada obatnya. Maka, makanlah obat, tapi janganlah makan obat dari yang haram. (HR. Abu Daud) Sakit bukanlah mutlak sebagai jalan kematian. Sering kita saksikan dalam kenyataan, sang suami sudah sakit cukup lama, ternyata yang meninggal adalah si istri yang segar bugar, atau sebaliknya. Dengan demikian bahwa tidak selamanya maut didahului sakit. MAUT DI TINJAU DARI SUDUT ILMU PENGETAHUAN ATAU SAINS. Sains tidak mengenal konsep “taqdir”, tetapi mengkaji faktor yang mempengaruhi usia seseorang adalah: genetik, gaya hidup, pola makanan, dan kemajuan teknologi perawatan kesehatan. Dengan demikian tinjauan sains, kematian dapat ditunda secara relatif, dengan cara: teknologi penyembuhan penyakit, misalnya pemcangkokan organ tubuh, tindakan operasi. Rajin berolah raga, mengkonsumsi obat2 tertentu mencegah penyakit datang. Namun, semua upaya tersebut bukanlah sanggup mengelak dari maut, hanya melanjutkan kehidupan sementara, bukan menangguhkan maut secara mutlak. MAUT DIPANDANG DARI SUDUT FALSAFAH. Ahli falsafah sering melihat maut sebagai bahagian tak terpisah daripada kehidupan sesuatu yang tak dapat dihindari, beberapa filosof berbendapat: 1. Maut dalam Pandangan Falsafah Yunani Kuno: a. Socrates melihat maut bukan sebagai sesuatu yang harus ditakuti. Baginya, kematian adalah pemisahan jiwa daripada tubuh, dan jika seseorang hidup dengan baik dan berfalsafah dengan jujur, maka tiada apa yang perlu ditakutkan selepas mati. Dalam Apology, beliau berkata: “Kematian mungkin hanyalah tidur tanpa mimpi — atau perpindahan jiwa ke tempat lain.” b. Plato, Plato (murid Socrates) menekankan idea keabadian jiwa. Dunia material hanya bayangan dari dunia idea yang sejati. Maka, maut ialah pembebasan jiwa dari tubuh untuk kembali ke alam idea yang sempurna. c. Aristoteles, Aristoteles lebih empirikal. Jiwa menurutnya berkaitan dengan fungsi kehidupan; apabila tubuh tidak lagi hidup, jiwa juga tidak dapat bertahan. Maka, maut ialah pengakhiran bentuk kehidupan — bukan perjalanan rohani seperti dalam Plato. 2. Maut dari sudut Pandangan filosof Timur (Hindu-Buddha) a. Hindu, Kematian ialah satu fasa dalam kitaran samsara (kelahiran semula). Jiwa (ātman) tidak mati; ia berpindah ke bentuk lain mengikut karma. Tujuan tertinggi ialah moksha, yaitu pembebasan dari kitaran kelahiran dan kematian. b. Buddha. Tiada jiwa kekal (anatta), tetapi tenaga kehidupan berterusan melalui sebab-akibat (karma). Kematian bukan pengakhiran, tetapi perubahan bentuk eksistensi. Pembebasan tertinggi ialah nirvana — padamnya keinginan dan penderitaan. 3. Maut menurut Pandangan Falsafah Islam: • Filsafat Islam (seperti Ibn Sina, Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Mulla Sadra) menempatkan maut dalam konteks perjalanan ruh menuju Tuhan. • Ibn Sina (Avicenna): Jiwa manusia adalah entiti rohani yang kekal; kematian hanya pemisahan dari tubuh material. • Al-Ghazali: Maut bukan kemusnahan, tapi perpindahan ke alam yang lebih hakiki (akhirat). • Mulla Sadra: Jiwa mengalami proses penyempurnaan; kematian adalah tahap evolusi rohani menuju kesempurnaan wujud. MAUT DARI SUDUT PANDANG AGAMA (ISLAM). Dalam Islam, maut (kematian) adalah ketetapan Allah (taqdir). Firman Allah dalam Surah Al-Munafiqun ayat 11: وَلَن يُؤَخِّرَ ٱللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan”. Dalam pada itu Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda: وعن ثوبان رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يرد القدر إلا الدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر Dari Tsauban berkata: Rasulullah bersabda: Tidak ada yang dapat mengelakkan taqdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali perbuatan baik. (HR Hakim dan Ahmad). Berangkat dari hadist diatas, dalam Islam dimungkinkan untuk merubah taqdir akan maut atau mengundurkan maut dengan 2 (dua) jalan yaitu: PERTAMA; dengan senantiasa berdo’a untuk dipanjangkan usia, karena do’a dapat merubah taqdir. Oleh karena itu ada baiknya diamalkan do’a sebagai berikut: اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ "Ya Allah, panjangkan umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkan iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkan kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." KEDUA; Taqdir tentang usia dapat diubah dalam artian diperpanjang atau diundurkan kehadiran maut, dengan perbuatan2 baik misalnya: rajin bersedekah, selalu menyambung silaturahim, aktif dalam linkungan untuk keamanan dan kesejahteraan masyarakat, jika masih hidup orang tua berbhakti kepada kedua orang tua. Kalau orang tua sudah meninggal selalu mendo’akan mereka, serta pebuatan2 baik lainnya. Khusus do’a kepada kedua ORTU ku, ketika berdo’a saban usai shalat selalu kubayangkan pengorbanan serta perjuangan ayah bundaku membesarkan kami anak2 mereka, selanjutkan kumohon agar dipanjang usiaku agar masih ada orang yang mendo’akan kedua orang tuaku, kerena setelahku meninggal nanti belum tentu generasi anak cucuku mengingat ayah bundaku. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 7 Jumadil Awal 1447H. 28 Oktober 2025.

No comments:

Post a Comment