Wednesday, 19 July 2023
BERANI KARENA TERPAKSA
Melanjutkan artikel2 tentang keberanian yang telah mampir ke ruang baca anda sebelumnya yaitu:
1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167)
2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168).
3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. (Ku publish di artikel no. 1.169)
4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. (hadir ke ruang baca anda no artikel 1.170)
Kini artikel yang terakhir berjudul “berani karena terpaksa”.
Siapapun orangnya pasti takut akan jiwanya melayang, sakit bagaimanapun beratnya akan berusaha untuk berobat kemanapun dan berapapun biayanya tetap diikhtiarkan sesuai kemampuan. Suatu bangsa akan mempertahankan keamanan, mempertahankan martabat, mempertahankan kedaulatan, bila hal2 tersebut terusik, sebagai anak bangsa sukarela atau terpaksa akan mempertahankannya. Dengan demikian diketahui bahwa manusia rela mempertaruhkan jiwanya bilamana dalam keadaan terpaksa, mereka jadi berani menghadapi risiko apapun dengan perlengkapan keamanan, kemampuan yang minimal sekalipun. Mempertahankan kemerdekaan arek-arek Surabaya walau hanya dengan bambu runcing secara heroik melawan kekuatan sekutu dengan persenjataan lengkap.
Sering kita dengar bahwa banyak manusia perahu yang berusaha mencari suaka politik ke negeri lain karena terpaksa, di negerinya sudah serba sulit untuk mempertahankan kehidupan. Ini salah satu bentuk berani karena terpaksa.
Mari kita selalu berdo'a agar bangsa kita tetap aman damai, agar jangan sampai cucu cicit kita kelak jadi "manusia perahu", mencari suaka ke negeri orang. Kini yang sudah terlaksana puluhan tahun sampailah sekarang, anak negeri kita mencari kerja, jadi kuli, jadi babu di negeri orang, lantaran sulitnya mendapatkan kesempatan bekerja dikampung halaman sendiri, ini juga karena terpaksa, kalaulah di negeri sendiri terbuka lapangan dan kesempatan mencari penghidupan, orang manalah mau mereka jauh2 merantau ke negeri orang. Di negeri sendiripun seharusnya banyak lapangan kerja, buktinya didatangkan tenaga kerja dari luar negeri dengan merk "tenaga ahli". Tak sedikit anak bangsa ini mencari keberuntungan di negeri jiran memburuh di perkebunan kelapa sawit, padahal di negeri sendiripun lebih banyak lahan kelapa sawit, entah apa sebabnya mereka lebih memilih merawat sawit di negeri tambiran, ketimbang di negeri sendiri. Yang jelas ini juga terpaksa mereka lakukan.
Bukan mustahil bila tata kelola kekayaan alam bangsa ini, tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kebijakan para pemimpinnya tidak berpihak kepada rakyat banyak, hanya berpihak kepala kelompok atau golongan, sehingga tercipta perpecahan, mengakibatkan seluruh anak bangsa melakukan kegiatan2 yang tidak produktif. Akhirnya keamanan tidak terjamin dengan baik, keadilan sosial tidak tercipta, maka ada harapan anak2 bangsa kelak akan mencari pilihan hidup ke negeri lain, lebih ekstrim bukan tidak mungkin menjadi “manusia perahu”.
Banyak bentuk lain berani karena terpaksa, salah satu contoh lain ialah keberanian berusaha bagi orang yang merantau ke negeri orang, karena bila ia tidak berani berusaha maka ia akan sulit hidup. Berangkat dari keterpaksaan orang merantau berusaha/bekerja mengenyampingkan rasa malu, mengenyampingkan lelah dan capek. Maka tidak heran kalau para perantau kebanyakan lebih sukses dari penduduk asli.
Teringat kisah heroik penglima pasukan Islam penakluk Spanyol dan Portugal tahun 711 Masehi.
“Bakar kapalmu”' kata Thariq bin Ziyad saat berbicara dengan pasukan kecilnya setelah mendarat di Spanyol melalui laut.
"Sekarang, musuh ada di depan Anda dan laut di belakang." Demikian kata Thariq bin Ziyad. Dengan kapal sudah tidak bersisa lagi maka seluruh pasukan tinggal mempunyai satu pilihan terpaksa maju untuk menaklukkan musuh, sebab tidak mungkin untuk pulang kembali.
Seekor induk ayam yang sedang mengasuh anak2nya, akan sangat berani menghadapi hewan apapun, kendati lebih besar dari dirinya dengan serta merta induk ayam memekarkan bulu disekitar lehernya dan melebarkan sayapnya, siap untuk melawan demi melindungi anaknya. Seolah-olah si induk ayam berkata “langkahi mayat saya dulu baru boleh mengganggu anak2 saya”
Keberanian ini juga muncul karena terpaksa, jika tidak sedang punya anak2, ayam betina bila mengalami ancaman dari hewan lain atau sesama ayam sekalipun yang dikiranya dia tak akan sanggup menghadapinya, si ayam betina akan memilih melarikan diri.
Keberanian dalam menghadapi keterpaksaan, andaikanpun disebabkan keberanian karena terpaksa itu menyebabkan kesalahan menjadikan dosa, maka Allah mengampuni sebagaimana hadits dibawah ini:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال:إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا
عَلَيْهِ. حديث حسن رواه ابن ماجه والبيهقي وغيرهما
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni kesalahan dari umatku akibat kekeliruan, lupa, dan keterpaksaan.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Baihaqi serta selain keduanya)
Semoga, anak2 bangsa ini mempunyai keberanian, meneladani seperti halnya para pahlawan pendiri bangsa ini, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, demi keselamatan bangsa ini.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 1 Muharram 1445 H.
19 Juli 2023. (1.171.07.2023).
No comments:
Post a Comment