Sejak semula risalah iman dibawa para Nabi dan Rasul
dari Zaman ke Jaman, beberapa sikap dari ummat manusia pada era zamannya
masing-masing. Sikap tersebut barangkali sekurangnya dapat dibedakan menjadi 6 (enam)
yaitu:
1. Menerima
risalah iman.
2. Menolak/mendustakan
risalah iman.
3. Hati
menerima risalah iman, mulut enggan menyatakan iman.
4. Terombang-ambing
menentukan pilihan.
5. Berpura-pura
menerima risalah iman, hati tetap menolak dan mendustakan,
6. Iman
berfluktuasi turun naik.
PERTAMA; Menerima serta membenarkan dengan
sungguh-sungguh risalah iman yang dibawa Nabi dan Rasul. Kelompok ini langsung
mengimani apa yang dibawa oleh Nabi dan Rasul tanpa ragu-ragu. Bukan saja hanya
sekedar mengimani, selanjutnya merekapun memperjuangkan risalah keimanan yang
diterimanya itu dengan jiwa dan raganya. Dalam agama Islam terukir sejarah
kelompok ini di refleksikan oleh Abu Bakar. Oleh karena itulah beliau mendapat
julukan Abu Bakar Siddiq, lantaran menerima dan membenarkan seluruh risalah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Kelompok ini seperti dilukiskan akhir
surat Al-Baqarah ayat 285 “wa qaluu sami’naa wa atha’naa” (dan kami dengar dan
kami taat).
KEDUA; Menolak, mendustakan. Kelompok ini ditandai
dengan sikap mereka menolak apa saja yang dibawa Nabi dan Rasul, mereka
mendustakan. Tidak hanya menolak dan mendustakan bahkan merekapun
menghalang-halangi dakwah Nabi/Rasul serta pengikutnya. Juga mereka mencegah
siapa saja dibawah kekuasaannya untuk bergabung ke kelompok Pertama. Tidak
sedikit orang-orang yang tergerak hatinya mengimani risalah Rasulullah Muhammad
s.a.w. karena mereka dalam kekuasaan kelompok ke dua ini sebagai budak, disiksa
diantaranya sampai ada yang menemui ajalnya. Untuk kelompok ini dalam sejarah
Perkembangan agama Islam terwakili figur-figur diantaranya Abu Jahal, Abu
Sofyan (sebelum masuk Islam). Allah mengisyaratkan dalam surat Al-Baqarah ayat
6. “Innallaziina kafaru sawaaaa ‘un ‘alaihim a anzarthahum am lam tunzir-hum
laa yu’minuun” (Sesungguhnya orang-orang
kafir itu sama saja bagi engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak
engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman).
KETIGA; Hati menerima, Mulut belum berikrar.
bersimpati tapi karena pertimbangan Lingkungan, pertimbangan keluarga besar,
tak hendak nanti kalau mengimani seruan Rasul akan dikucilkan dari komonitas,
akan terjungkal dari kedudukan. Diantara kelompok ini adalah paman nabi Muhammad
sendiri yang sangat melindungi dan menyayangi Nabi, Abu Thalib sampai menghembuskan nafas terakhir
enggan berucap akan keimanan atas risalah yang dibawa kemenakannya. Memang
kehadiran para Nabi dan Rasul hanya bertugas menyampaikan risalah iman kepada
ummat, tidak bertanggung jawab sampai orang menerima iman itu. Seperti yang dijelaskan Allah dalam surat
Al-Baqarah 272. “Laisa ‘alaika hudaahum wa laakinnallaha yahdii may yasyaaa’ “
(Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan ditegaskan
lagi di surat Ar Ra’d. ayat 40 “Innamaa ‘alaikum balaaghu, wa ‘alainal hisaab”
(Sesungguhnya tugasmu (Muhammad) hanya menyampaikan saja dan Kami-lah yang
memperhitungkan (amal mereka). Jadi informasi ini, dapat mengobati bagi pembaca
yang mungkin mempunyai anak keturunan, saudara, sahabat dekat atau mungkin
orang tua yang kebetulan belum dapat diajak seakidah dengan anda, belum dapat
di bawa sama-sama beribadah bersama anda, tidaklah patut kecewa amat, sepanjang
sudah berikhtiar. Sebab para Nabi dan Rasul saja ada anaknya, istrinya orang tuanya
tak dapat dibawanya beriman.
KEEMPAT; Terombang ambing. Tersebut kisah seorang
yang terbilang akrab dengan Rasulullah Muhammad s.a.w. UQBAH bin ABU MU’AITH.
suatu hari mengundang Nabi Muhammad untuk makan dirumahnya. tentulah,
pengundang dan yang diundang sudah demikian akrab, kalau tidak mana mungkin
sampai mengundang makan. Suatu budaya turun temurun sejak sebelum Islam, orang Arab
sangat menghormati tamu. Tuan rumah memposisikan diri sebagai khadam (pembantu)
si tamu. Nabi Muhammad karena dalam bergaulan sehari hari tau bahwa Uqbah
bersimpati dengan risalah Islam. maka beliau mengemukakan suatu syarat, baru
mau menyantap makanan yang disediakan tuan rumah. Syarat itu ialah Uqbah lebih
dahulu menyatakan diri masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadah. Memang
dasarnya dia juga bersimpati dengan Islam dan juga dalam rangka menghormati
tamu, makapun Uqbah bersyahadat dihadapan Rasulullah. Beberapa lama setelah
masuk islam itu, Uqbah bertemu dengan teman akrabnya juga bernama UBAYYU bin
KHALAF, Uqbah-pun menceritakan akan dirinya telah masuk Islam kepada Ubayyu.
Reaksi Ubayyu sangat menyesali ke islaman Uqbah, entah apa yang diprovokasikan
kepadanya, antara lain akan lepasnya ikatan dengan masyarakat Quraisy, nanti
akan berakibat kesulitan dalam perekonomian karena dikucilkan, maka akhirnya
Uqbah mulai bimbang, pada akhirnya kemudian, dia minta petunjuk bagaimana cara
mencabut syahadat tersebut. Ubayyu memberi petunjuk kepada Uqbah, agar segera
menemui Rasulullah untuk mencaci maki Rasulullah dan meludahi mukanya. Singkat
kisah Uqbah mendapati Rasulullah sedang shalat, sujud disuatu tempat. Uqbah-pun
melaksanakan saran Ubayyu yaitu mencaci maki dan meludahi muka Rasulullah Muhammad
s.a.w. Ketika itu sudah dekat waktunya Nabi hijrah ke Madinah. Cacian dan
makian Uqbah itu dijawab Rasulullah “Apabila suatu waktu kelak saya berjumpa
dengan engkau diluar kota Mekah ini pedang saya akan memenggal kepalamu”. Dalam perang Badar. Uqbah tertawan dan Ali diperintahkan mengeksekusinya. Ini salah
satu contoh orang yang imannya terombang-ambing, lantaran pengaruh teman.
Diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Furqan 28 “Yaawailataa laitanii lam
attakhizd fulanan khalila” (Aduhai
celakalah aku! mengapa si anu kuambil
sebagai teman).
KELIMA; Pura-pura menerima. Dalam hati mereka tidak
menerima risalah yang dibawa Nabi dan Rasul, akan tetapi karena pengikut
kelompok pertama sudah mulai kuat, untuk merapat kepada kelompok kedua dirasa
kurang aman. Maka mereka bersikap berpura-pura beriman, tetapi dalam hatinya tetap
menolak. Dalam sejarah Pertumbuhan agama Islam terkenal nama Abdullah bin Ubay.
Kelompok kelima ini dalam Islam mula pertama adanya agaknya di Madinah, kala
itu pengikut Nabi Muhammad s.a.w. sudah banyak ketimbang yang tidak menerima
iman yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Sikap berpura-pura ini setidaknya dapat
menyelamatkan diri yang bersangkutan. Diabadikan
Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 8 “Waminan naasi may yaquulu amannaa
billahi wa yaumil aakhiri wa maa hum bimu’minin” (dan ada manusia yang mengatakan bahwa dianya
beriman kepada Allah dan hari kemudian, tapi sesungguhnya mereka tiadalah
beriman). Masa kinipun tak kurang Jumlah kelompok berpura-pura beriman ini,
sesungguhnya mereka justru musuh orang beriman. Dalam terminology agama Islam
mereka ini disebut kelompok al-munafiqun, sehingga sampai ada khusus satu surat
dalam al-Qur’an, surat 63 sebanyak 11 ayat diturunkan di Madinah. Seperti
dikemukakan di atas bahwa kelompok ini bermula di Madinah. Kelompok ini bila ada ditengah-tengah kita,
sangat berbahaya, lebih berbahaya dari kelompok yang memusuhi Islam. Dia
bagaikan teman sesungguhnya musuh, sementara kita tanpa tuntunan wahyu
sebagaimana Rasulullah tentu tidak mengetahui persis keberadaan mereka.
Kelompok KE ENAM; iman TURUN NAIK, berfluktuasi.
Banyak di punyai orang di zaman kini. Disebabkan kebutuhan hidup di dunia,
kadang untuk mempertahankan hidup, seseorang merelakan imannya menurun.
Haram-haram sedikit, melanggar-langgar sedikit ketentuan Allah dan Rasul-Nya
dilaksanakan. Disatu saat imannya naik, menyesali berbuat yang telah
menggadaikan imannya. Dilain waktu terulang kembali dan begitulah berulang-ulang
naik turunnya iman. Secara umum memang manusia tak luput dari naik turunnya
iman. Contoh konkrit turun naik iman sebagian besar kita, nampak ketika
awal-awal Ramadhan, masjid-masjid sepertinya kurang besar tak sanggup menampung
jamaah. Setelah pertengahan Ramadhan sampai ke akhir masjid-masjid terasa
terlalu besar. Tapi turun naik iman yang tidak terlalu ekstrim ini adalah turun
naiknya intensitas ibadah. Yang paling
riskan di kelompok ini, kalau-kalau iman sedang menurun maut datang menjemput.
Semoga kiranya kita termasuk orang yang dapat memelihara iman kita secara
konsisten berkesinambung, kalau lah turun tidaklah terlalu anjlog-anjlog amat,
agar gampang menaikkannya kembali.
Beberapa kali ku menyaksikan seseorang dijemput maut
ketika sedang selesai shalat di Masjid. Belakang diberitakan di TV. seorang
yang dijemput maut, sehabis shalat Ashar dimasjid, tragisnya diduga mencuri
alat sound system masjid. Kalaulah itu hanya sangkaan belaka, tentulah yang
bersangkutan menemui ajalnya dalam kebaikan, selesai menunaikan shalat. Walaupun
proses maut dikabarkan sungguh tidak manusiawi konon dengan dibakar. Pagi ini
kutonton di TV One, diwawancarai istri Almarhum, bahwa keseharaian yang
bersangkutan memang tukang service dan pengrajin sound system. Dapat saja
peralatan sound system yang ketangkap tangan di tangannya adalah bawaan ybs.
dari tempat lain. Tapi semuanya itu penegak hukum sedang berkerja untuk
membuktikan didunia ini. Apa keadaan/kejadian yang sebenarnya untuk diri
pribadi almarhum menurut pengetahuan manusia di dunia. Tapi Allah maha
mengetahui dan di pengadilan Akhirat nanti akan gamblang apakah orang ini mati
dalam keadaaan sedang naik imannya, yaitu dalam perjalanan mencari nafkah
antara lain membawa onderdil bekas sound system terkait dengan pekerjaannya,
lalu dituduh mencuri, karena kebetulan masjid kehilangan sound system dan ybs kebetulan
ditangannya terdapat benda tersebut. Ataukah yang bersangkutan saat itu imannya
sedang turun, sehingga benar-benar mengambil peratalan sound system masjid
karena sedang membutuhkan. Semua itu tak dapat berelak nanti di mahkamah Allah.
seperti termuat dalam Al-Qur’an surat An-Nur 24 “YAUMA TASY-HADU ‘ALAIHIM
ALSINATUHUM WA AIDIHIM WA ARJULUHUM BIMAA KAANUU YA’MALUUN” (pada hari (ketika)
lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang
dahulu mereka kerjakan). Dan surat Ya Sin
ayat 65 “AL-YAUMA NAKHTIMU ‘ALAAA AFWAHIHIM WA TUKALLIMUNAAA AIDIHIM WA
TASY-HADU ARJULUHUM BIMAA KAANU YAKSIBUN”. (Pada hari itu kami tutup mulut
mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberikan
kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan).
Perlu di paahami oleh yang mengimani agama, bahwa
dalam akhlaq Islami, membunuh tikus saja tidak boleh dengan membakarnya. Apalagi manusia, apapun kesalahannya.
Demikian telah kucoba membedakan 6 kelompok manusia bersikap terhadap risalah Iman yang dibawa oleh Rasulullah, semoga kira dapat kita jadikan untuk memeriksa diri dikelompok manakah kita berada, yang paling
tau adalah kita sendiri dan Allah.
Wain yakun shawaban faminallah.
wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani
minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu
datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari
diriku sendiri (yang lemah ini dan dari syaithan). Mohon maaf oleh karenanya.
Barakallahu fikum. wallahu ‘alam bishawab.