Bertanya
anak pada ayahnya di meja makan. “Mana lebih berat sanksi atau risiko melanggar larangan dibandingkan dengan sanksi
atau risiko tidak melaksanakan perintah”.
Melaggar larangan, juga merupakan keingkaran. Tidak melaksanakan perintah juga
merupakan keingkaran atau pembangkangan. Jadi kalau ukuran pada pembangkangan,
kedua-duanya sama-sama pembangkangan. Kedua pembangkangan ini mana yang lebih
berat resikonya.
Ayah
menjawab: Apa maksudmu menanyakan hal itu nak?. Jawab Anak; ibarat saya dalam
menjalankan hidup ini laksana mengendarai kendaraan, disebelah kiri ada tonggak
perintah dan disebelah kanan terdapat tonggak larangan, ditengah-tengah ada
orang melintas, kendaraan terpacu laju, sudah jelas harus menginhadri menabrak
orang, pilihan tinggal banting kiri atau kanan, jika harus ditabrak yang mana.
Menurut
parameter agama, pembangkangan yang pertama dilakukan oleh iblis, ketika dianya
diperintahkan sujud kepada Adam. Dia enggan melaksanakan peritah Allah dengan
alasan merasa lebih terhormat ketimbang Adam. Sanksi yang diberikan Allah
adalah berupa pengusiran dari Surga dan mengutuk Iblis sampai hari kiamat.
Sedangkan pelanggaran terhadap larangan, yang pertama kali dilakukan oleh Adam
dan Hawa. Merekapun terkena sanksi yang sama yaitu pengusiran dari Surga, juga
sampai waktu yang ditentukan,
Adam
diajarkan oleh Allah untuk bertobat, kemudian taubatnya diterima setelah berada
di bumi dan dijanjikan Allah bagi anak cucu adam yang berbuat kebaikan akan
kembali lagi kelak ke Surga. Sedangkan
Iblis mendapat laknat Allah sampai Yaumiddin.
Mungkin
dapat kita telusuri pembangkangan Iblis, sehingga mendapatkan penalty yang
demikian hebat adalah disebabkan:
Ø
Iblis membangkang dengan disertai bahwa dianya
merasa lebih terhormat dari pada Adam, jadi ada unsur kesombongan disini.
Ø
Iblis adalah mahluk yang dekat dengan Allah yang
memberikan perintah yang dibangkangnya, dengan demikian Iblis sudah faham betul
dengan kekuasaan Allah, bahkan dapat berdialog langsung.
Ø
Iblis mahluk Allah yang tidak diberikan potensi
kelemahan seperti manusia. Adapun manusia di program Allah dapat hilaf,
memiliki hawa nafsu.
Sedangkan
keteledoran Adam dan Hawa sehingga dapat diberikan jalan keluar berupa
bertaubat disebabkan:
Ø
Adam dan Hawa tergoda melanggar larangan memakan
buah Huldi lantaran hilaf, sebab ketika itu tidak langsung dihadapan Allah,
sebagaimana Iblis mendapat perintah langsung dihadapan Allah. Meskipun Adam dan
Hawa semestinya mengetahui bahwa Allah selalu melihat dimanapun mereka bereda.
Tidak terdapat unsur kesombongan pada Adam dan Hawa, semata-mata karena
hilaf/lupa.
Ø
Adam adalah mahluk ciptaan baru dibanding dengan
Iblis, sebagai ciptaan baru belum punya banyak pengalaman atas begitu besarnya
kekuasaan Allah dan begitu dahsyatnya jika larangannya dilanggar.
Ø
Adam adalah mahluk ciptaan Allah yang didesain
memiliki potensi hilaf/lupa potensi menjadi taqwa dan menjadi durhaka kepada
Allah. Meskipun untuk itu dia diberikan ilmu yang melebihi dari ilmu yang sudah
diberikan kepada para Malaikat termasuk Iblis.
Kembali
anak bertanya lagi; Lantas bagaimana ayah; “Berat mana melanggar perintah atau
melanggar larangan”. Ayah menjawab; “Mungkin sangat tergantung alasan
pelanggarannya Nak!. Walhu Alam Bhisawab.
Bahgaimana menurut pembaca???