Talenta.
Orang bilang sekarang yang maksudnya potensi terpendam dari diri seseorang,
dapat juga dikatakan bakat dimiliki seseorang. Bakat atau talenta tersebut bila
diasah dengan latihan dan diasuh dengan pembinaan oleh pihak yang kompeten akan
menghasilkan prestasi atau kesuksesan yang menakjubkan.
Tersebutlah
seorang ibu setengah baya dijuluki “Mak Ngah Genah”, mendapat julukan “Ngah”
karena dianya dalam urutan kakak beradik keluarga mereka anak kedua dari tiga
saudara. Julukan “Mak” karena usianya tak cocok lagi bila disapa “mbak”. Sedang
“Genah” nampaknya nama diri yang bersangkutan. Atau mungkin karena dianya
diketahui banyak pihak dapat menyelesaikan berbagai masalah, yaitu
“menggenahkan”. Atau juga lantaran informasi yang dibawanya cukup “genah” alias
akurat bernilai “A1” bukan KW2.
Yang
empunya kisah tak tau persis siapa kakak dan siapa adik serta asal-muasal “Mak
Ngah Genah”. Namanya dikenal bahkan disegani oleh para punggawa kerajaan karena
perannya dibilang tidak penting, ya penting, tapi dibilang penting tidak juga.
Sebab tak punya jabatan apa-apa di kerajaan, hanya seorang pengurus “Reban”.
“Reban” adalah rumahnya unggas, bila sangkar tempat
kecil yang terbatas hanya untuk seekor atau beberapa ekor burung, sedangkan
“Reban” sebuah kandang besar untuk segala macam unggas begitu luas dapat
dilepas, sehingga kalau burung dilepas di “Reban”, si burung bagaikan hidup di alam
bebas.
Nah,
apa hubungannya “Talenta” atau “Bakat” buat seorang “Mak Ngah Genah”. Ternyata
dianya sangat piawai dalam menundukkan dan menjinakkan bangsa unggas. Tepatlah
Raja di kerajaan “Ojo Takon” mempercayakan “Mak Ngah Genah” mengelola “Reban” di taman belakang istana
kerajaan.
Hampir
setiap pagi sebelum duduk di singgasana guna menerima haturan “sembah” para
punggawa istana dan pejabat kerajaan, sang Raja menyempatkan diri untuk
menghampiri “Reban”. Disitulah penyebab maka “Mak Ngah Genah”, sangat dan
sangat akrab dengan sang Raja. Kehadiran Raja ke “Reban” tanpa pengawalan dan tanpa dilingkungi
protokoler, dalam suasa santai, oleh sebab itu dapat berbicara bebas. Kadang
“Mak Ngah Genah” menceritakan kondisi unggas kepada sang Raja, karena di dalam
“Reban” terpelihara segala macam jenis ayam, mulai dari ayam kate berbagai jenis
sampai ayam hutan dan ayam sempidan. Segala macam jenis burung dari belahan kekuasaan
kerajaan dan bahkan dunia, ada di dalam “Reban”. Bila sang Raja menghendaki
kehadiran salah seekor unggas, “Mak Ngah Genah” mampu pula berkomunikasi dengan
si unggas untuk mampir mendekat ke Raja yang hanya dibatasi oleh jejaring
pengaman “Reban” (JPR bukan JPS).
Dalam
kesempatan itu pula “Mak Ngah Genah” sanggup membicarakan hal-hal lain, bahkan
tidak jarang masalah-masalah kepemerintahan. Kadang sang Raja sedang asyik
menikmati minuman kopi jahe dan makanan ringan di lokasi sekitar reban, juga
berdialog dengan orang dekat yang tak jarang membicarakan issu penting seputar
kerajaan. Issu penting mengangkat dan memberhentikan punggawa kerajaan. Itu
makanya “Mak Ngah Genah” adalah sumber informasi “A1” tentang apa saja mengenai
banyak hal menyangkut kerajaan. Walau tidak pernah ikut turney, “Mak Ngah
Genah” mengetahui perilaku para “Demung” dan “Tumenggung” di daerah-daerah
kekuasaan kerajaan.
Makin
tersohornya “Mak Ngah Genah” sehingga menghebohkan seluruh kerajaan “Ojo
Takon”, lantaran ocehan seorang “Tumenggung” yang didaulat menilap upeti
kerajaan. Pasalnya diketahui si “Tumenggung”
minilap upeti, oleh pengawas kerajaan yang mengadakan SIDAK. Teknik
pengawasan di kerajaan, sudah paten sejak sebelum ayahanda Raja yang sekarang
mangkat, adalah dilaksanakan secara acak di setiap “Ketumenggungan” tanpa
jadwal dan tanpa memberitahukan terlebih dahulu. Instruksi mengunjungi “Ketumenggungan”
dan melakukan pengawasan, langsung oleh Raja dan hampir dapat dipastikan
diketahui “Mak Ngah Genah”. Setiap “Tumenggung” memasang kaki menghubungi “Mak
Ngah Genah”, untuk mencari tau informasi tentang kapan “Ketumenggungannya” dapat
giliran diperiksa.
Namanya
lagi apes, pas informasi team pengawasan ke “Ketumenggungan KOCAR” di bawah “Tumenggung
“Raden Mas KACIR”, luput dari informasi “Mak Ngah Genah”, itu sebabnya
administrasi ketumenggungan Kocar belum sempat dirapikan. Dasar memang semua
admnistrasi selama ini sim salabim, diatur agar rapi ketika ada pemeriksaan,
sebab sidak yang mendadak itu, pengaturan belum sempat teratur dan
tersingkaplah belang ketumenggungan menilap upeti. Hukum harus ditegakkan,
alhasil si Tumenggung sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dihadapkan ke
pengadilan. Tidak hanya Tumenggung, juga para aparat terkait di Ketumenggungan
juga dimintai keterangan sebagai saksi dan bahkan ada diantaranya yang terlibat
menjadi terdakwa. Dalam persidangan terbongkar bahwa selama ini ketertiban
pengadministrasian upeti di Ketumenggungan Kocar, lantaran telah disiapkan
terlebih dahulu sebelum datangnya auditor kerajaan, itu semua berkat informasi
dari “Mak Ngah Genah”.
Begitu
hebat peranan “Mak Ngah Genah”, sehingga menarik minat dari rakyat untuk tau
siapa sebenarnya sosok “Mak Ngah Genah”. Nasib “Mak Ngah Genah” agaknya memang
mujur, sampai berganti raja di kerajaan “Ojo Takon”, Mak Ngah Genah belum
diketahui publik, walau namanya santer terdengar di dalam persidangan. Mungkin
para KADI yang memimpin persidangan tidak menganggap perlu keterangan “Mak Ngah
Genah”, karena memang dianya tidak ada kaitannya dengan “Tilap Menilap Upeti”,
sebab kalaulah dianya juga dikirimi tanda terimakasih oleh para Tumenggung,
sulit untuk ditampakkan bukti.
Demikian
dongeng untuk cucuku, dengan harapan,
semoga bila cucuku besar nanti misalnya menjadi orang yang diamanahi kekuasaan
untuk mengatur masyarakat, agar berhati-hati. Bahwa kadang orang dekat yang tak
diduga dapat membocorkan rahasia jabatan. Karena itu kalau membicarakan sesuatu
yang sifatnya rahasia, usahakan langsung kepada siapa rahasia itu harus
disampaikan, supaya bila bocor dengan mudah mentrasir kepada penerima
rahasia.
Adalah
pantas direnungkan nasihat pepatah berikut ini:
Pasir
terhampar dipantai datar
Dapat
diinjak tanpa bersandal
Penghalang
bukanlah batu besar
Krikil sering membuat terjungkal