Friday 20 November 2015

KISARAN



Makan di kepala berak di pinggang, begitu tebakan populer sekitar limapuluh tahun lalu di kampungku. Jawabannya adalah KISARAN. Alat pengupas kulit padi tradisional. Sudah kucari di Google belum ketemu gambar Kisaran itu, sehingga kucoba membuat gambarnya, sebab sudah kutanyakan ke kampungku, sekarang alat disebut Kisaran ini tidak ada lagi. Gambar oretanku seperti di bawah ini:

  1.  Bagian atas potongan balog kayu bulat, dilobangi ditenaghnya untuk dapat masuk AS dari kayu dan dibuat cekung ke atas dengan pahatan jalur-jalur dari pinggir ke lobang di tengah
  2. Bagian bawah balog kayu bulat dibuat cembung ke atas, ditengahnya tertancap AS dari kayu dan dari pinggir dipahat berjalur ke tengah sampai di AS  Kayu.
  3.  As Dari kayu dibuat sedemikian rupa sehingga klop masuk ke balog kayu di bagian satu sampai ke atas berfungsi juga untuk menstabilkan gandengan kedua bagian balog kayu. 
  4.   Stang untuk operatornya nanti memutar kisaran ke kiri dan ke kanan, setelah padi dimasukkan ke mulut kisaran di bagian atas (5). Operatornya sering dilakukan berdua, dengan gerak bagaikan orang sedang bergoyang.
  5.  Tempat memasukkan padi yang akan di kupas dari kulitnya melalui kisaran. 
  6.   Tempat keluarnya padi yang sudah terkelupas dari kulit kasarnya, tetapi masih ada kulit ari beras. Hasil kupasan padi keluar di pinggang atau bagian tengah
  7. Tikar, wadah hasil proses kisaran, masih bercampur dengan sekam padi kasar. nanti dipisahkan dengan ditampi menggunakan “Capan” atau “Nyiru”. Capan alat penampi persegi empat sedang nyiru alat penampi berbentuk lingkaran, dibuat dari anyaman rotan.
Ku tertarik mengangkat kembali kisaran ditulisan ini, lantaran beberapa tahun terakhir ini ku mengkonsumsi nasi beras berasal dari beras merah. Semula kukira beras merah adalah beras berasal dari beras hasil kisaran. Ternyata beras merah merupakan species padi sendiri yang sejak asalnya memang merah, biar diproses melalui penggilingan padi sekalipun. Beras merah konon berserat tinggi dan cocok buat penderita deabites.  Beras hasil kisaran memang warnanya tidak putih sebab masih ada kulit ari beras, untuk memproses menjadi beras putih harus lebih dahulu di tumbuk di lesung (bahasa setempat di SOSOH).

Proses pengisaran Padi/Gabah
  1. Padi lebih dahulu di jemur di sinar matahari, dengan di balik setidaknya sekali dalam durasi penjemuran dari sekitar pukul sepuluh pagi sampai pukul 3 sore
  2. Padi kering jemur ini dimasukkan ke lubang atas Kisaran sampai hampir penuh.
  3. Kisaran digoyang ke kiri dan kekanan sekitar seperempat lingkaran. Lazimnya oleh dua orang yang memegang stang kisaran.
  4. Padi di lobang atas perlahan lahan masuk ke pertemuan bagian atas dan bawah kisaran melalui AS dari kayu yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan turunya butiran padi ke pertemuan antara bagian atas dan bawah kisaran. Pada permukaan bagian atas yang cekung dan bagian bawah yang cembung, terdapat alur pahatan menuju ke sisi-sisi lingkaran pertemuan kedua bagian tersebut. Padi yang masuk ke alur pahatan, tergigit oleg bagian atas dan bagian bawah yang sama sama ber alur pahatan, sehingga kulitnya terkelupas dan terus jalan meluncur melalui sisi sambungan
  5. Beras yang dari padi yang sudah terkelupas, tinggal kulit arainya tadi jatuh ke tikar penampung, kemudian dikumpulkan untuk ditampi guna memisahkan antara beras dan sekam menggunakan Nyiru atau Capan.
  6. Selanjjutnya hasil kisaran ditampung di dalam wadah kemudian untuk mendapatkan beras putih harus ditumbuk di dalam lesung (istilah setempat di sosoh). Hasil sosohan ditampi lagi menggunakan Nyiru atau Capan, untuk memisahkan dedak halus dengan beras putih. Bila masih ada bagian padi yang tak ikut ter sosoh atau terkisar, dilakukan “pengitaran”, dengan gerakan khusus pada Nyiru, padi terkumpul ke tengah tinggal dijemput untuk dipisahkan dengan beras yang sudah siap di masak.
  7. Beras hasil kisaran juga layak dimasak, tetapi nasinya agak keras karena masih terdapat kulit ari.
Itulah salah satu alat, hasil karya manusia yang sedikit demi sedikit ditinggalkan bahkan dilupakan, seiring dengan kemajuan teknologi. Seperti halnya banyak teknologi lain yang kini perlahan tetapi pasti ditinggalkan, mungkin dilupakan. Misalnya di bidang tulis menulis, mesin ketik sudah dilupakan orang. Di bidang berhitung, mesin tel manual sudah ditinggal.  Di bidang telekomunikasi, telegram sudah dilupakan orang, sebentar lagi ada harapan orang tidak lagi menggunakan kantor pos untuk berkirim surat.